Mentan Pastikan Kesiapan Stok Pangan Jelang Ramadan di 2021
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan persiapan dan kesiapan kebutuhan pangan nasional jelang Ramadan di 2021 dilakukan secara menyeluruh. Persiapan tersebut di antaranya dengan mengintervensi sistem distribusi. Yakni mendekatkan stok pangan yang ada ke seluruh pasar-pasar di tiap daerah.
"Pertama kita melakukan intervensi dengan mendekatkan stok kita ke pasar. Lalu mendekatkan sentral komoditi yang dibutuhkan di seluruh daerah. Kemudian yang kedua Kementan bersama Kemendag akan melakukan operasi pasar. Konsolidasi ini sudah kita persiapkan dari sekarang," ujar Syahrul dalam keterangan tertulis, Minggu (14/2/2021).
Dalam talk show bersama Gus Miftah pada Jumat (12/2), Syahrul menjelaskan bahwa ibadah bulan suci tidak boleh diganggu atau bersoal dengan kecukupan pangan. Oleh karena itu, lanjutnya, semua upaya akan dilakukan pemerintah agar masyarakat bisa menjalankan ibadah puasa secara nyaman dan aman.
"Yang pasti kita tidak boleh membuat harga mahal sehingga rakyat kita tidak bisa makan. Tapi kita juga tidak boleh bergantung pada impor. Oleh karena itu semua upaya harus kita lakukan," katanya.
Secara umum, jelas Syahrul, pihaknya sudah menyediakan 11 kebutuhan bahan pokok secara baik. Di antaranya adalah kebutuhan beras, kebutuhan minyak goreng, cabai, bawang, gula, telur serta ayam potong. Sedangkan untuk kebutuhan daging, stoknya yang terbatas hanya pada daging segar.
"Dari data yang kami miliki, stok daging beku kita cukup untuk bertahan sampai bulan ke depan. Kita punya kekurangan daging 200 ribu ton, sementara yang kita makan 600 ribu ton lebih dan ketersediaan kita hanya 400 ribu ton. Yang pasti kita tidak boleh bergantung. Oleh karena itu sesuai arahan bapak presiden kita harus memperkuatnya dengan upaya yang ada," urainya.
Oleh karena itu Syahrul mengaku telah memerintahkan seluruh jajaran Kementan untuk memantau semua pergerakan komoditas pangan naaional. Baik yang berkaitan dengan harga maupun dengan sistem distribusi.
"Makanya bicara pertanian itu tidak bisa bicara di atas kertas, harus mencium aroma lapangan. Setiap daerah kan memiliki iklim, kontur, dan spesifikasi yang berbeda. Dari Aceh sampai Papua tidak akan sama. Pertanian itu akan berkait dengan cuaca dan bencana alam. Oleh karena itu pendekatannya harus melihat langsung situasi secara rutin," tutupnya.
(adv/adv)