Gue pernah liat sih kepo, kebetulan kan manajer pribadi gue orang tue gue sendiri, gue cuma kepo dan sempat tahu nilainya pas season berapa gitu.
Gue enggak tahu itu besar atau kecil jadi gue yang 'oh yaudah segitu'. Cukup gede bahkan untuk sekarang, lumayan nilainya. Bayaran per episode, nilainya okelah.
Masa kecil gue berbeda dengan anak kecil pada umumnya. Kembali kata gue awal tadi, berbeda otomatis ada konsekuensi yang harus gue terima atau gue syukuri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang bikin gue beda dengan anak kecil pada umumnya adalah, anak kecil interaksi dengan sebaya gue interaksi dengan yang lebih tua. Tapi apakah gue bisa main? ya bukan mau sombong, tapi di tempat syuting gue merasa raja dan spesial sebagai anak kecil.
![]() |
Gue inget kalau dulu gue 'one take ok', dulu gue senang junk food, kalau one take ok satu paket fried chicken. Gue pernah 18 kali 'one take ok' dalam satu hari, jadi pulang bawa banyak. Kenyamanan sebagai anak kecil didukung Pak Haji dan orang tua.
Karena gue dari awal ditanamkan kalau itu akting, gue enggak mau itu jadi beban. Walau memang ketika syuting, karena di lingkungan masjid, pasti kebawa. Tapi gue gak mau jadikan itu sebagai beban dan tekanan.
Ketika acting ya acting, tapi di luar acting ya lo kembali menjadi diri lo. Perkara nanti orang membandingkan lo yaudah, toh mereka enggak menafkahi kita juga.
Banyak, salah satunya soal amanah. Waktu itu episode soal jualan duren, kemudian tentang amanah. Tentang wudhu, gimana menggunakan air secara tidak berlebihan ketika wudhu.
Terus gimana kita bersikap ketika sandal hilang setelah solat jumat. Ketika ada sandal lain yang tidak bertuan bukan berarti kita bisa ambil sendal itu. Enam season itu banyak pelajaran yang masih nyantol di kepala gue.
Ada enggak ya? Gue belum pernah denger. Ada sih beberapa yang komporin dan enggak dihubungi juga jadi ya lewat begitu aja.
(adpfjr)