Peringati Hari Kartini dengan Menari 7 Jam Non-stop

CNN Indonesia
Rabu, 21 Apr 2021 22:43 WIB
Enam orang penari dari berbagai daerah menari 7 jam tanpa henti untuk peringati Hari Kartini, di Bandung, Jawa Barat. (Foto: CNN Indonesia/Huyogo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, enam penari yang berasal dari Sanggar Bongkeng Arts Space menggelar aksi menari tujuh jam non stop di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir Djuanda, Kabupaten Bandung, Rabu (21/4).

Mereka mencoba menghadirkan sosok Raden Ajeng Kartini dalam bahasa tari dengan mengusung judul Bangkit Bersama di Masa Pandemi.

Dalam peringatan Hari Kartini tahun ini, para seniman tari mencoba merespons dan mengeksplorasi ruang publik Tahura Djuanda untuk dijadikan sebagai tempat mengekspresikan tubuh selama tujuh Jam.

Tarian kontemporer yang indah itu diperagakan oleh dua penari perempuan dan empat penari laki-laki. Khusus untuk perempuan, mereka mengenakan kebaya.

Direktur Sanggar Bongkeng Arts Space Deden Tresnawan mengatakan, tujuan digelarnya tari non stop selama tujuh jam ini untuk mengingatkan kembali pada masyarakat tentang sosok Kartini.

Menurutnya, Kartini merupakan sosok perempuan yang pantang menyerah dan berjuang dalam emansipasi wanita Indonesia. Nilai perjuangan itu yang kini perlu diteruskan dengan kondisi melawan pandemi Covid-19.

Penari yang berasal dari Sanggar Bongkeng Arts Space menggelar aksi menari tujuh jam non stop di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir Djuanda, Kabupaten Bandung, Rabu (21/4). Foto: CNN Indonesia/Huyogo

"Pesannya (Kartini) saat ini yaitu jangan menyerah karena sehabis pandemi ini kita harus bangkit. Jadi Kartini saat ini adalah kita yang tak boleh menyerah sama sekali dengan keadaan," kata Deden.

Deden mengungkapkan, kegiatan menari memperingati Hari Kartini ini biasanya dilaksanakan selama 21 jam non stop. Namun, untuk tahun ini kegiatan menari berlangsung di tengah Ramadan. Atas kesepakatan bersama, kegiatan dilakukan selama tujuh jam.

"Di setiap hari besar mengadakan perhelatan termasuk di Hari Kartini. Awalnya di setiap Hari Kartini, kita melaksanakan 21 jam non stop menari, tapi berhubung dalam Ramadan kita menyesuaikan dengan kondisi anak-anak dan mereka menyanggupi tujuh jam," ujarnya.

Adapun para penari berasal dari berbagai daerah ini, lanjut Deden, dibebaskan memberi tafsir baru sosok Kartini melalui ekspresi gerak dan bunyi.

"Kita membebaskan mereka mengekspresikan tarian dengan tema yang diambil yaitu Bangkit Bersama di Masa Pandemi. pada umumnya mereka memperagakan tari kontemporer dengan ekspresi masing-masing personel," ujarnya.

Mahaika Umiyati Putri Sabana (20) salah seorang penari memandang sosok Kartini bukan sekadar pahlawan. Berbeda dari perempuan Jawa pada saat itu, menurut Mahaika, Kartini justru menulis surat kepada teman-temannya di Belanda.

"Kartini merupakan pahlawan perempuan yang harus dibanggakan. Dia perempuan yang punya nilai ketangkasan sekaligus menaikkan derajat perempuan," katanya.

Mahaika berharap para perempuan saat ini mampu meneladani semangat yang dilakukan Kartini pada masa itu. Perempuan juga memiliki peran penting dalam kehidupan saat ini.

"Melalui dia kita jadi tahu bahwa perempuan tidak bisa diinjak harga dirinya, serta punya harga diri di hadapan laki-laki," tuturnya.

(hyg/fjr)


KOMENTAR

TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK