WAWANCARA EKSKLUSIF

Lukman Sardi Pernah Budek Latihan Menembak untuk Film Perang

Naely Himami | CNN Indonesia
Minggu, 15 Agu 2021 17:15 WIB
Lukman Sardi merupakan pemain sekaligus saksi produksi trilogi film Merah Putih (2009), Darah Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).
Lukman Sardi (depan) dalam film Merah Putih (2009) (Foto: Margate House Films)

Sempat ada tekanan?

Hari-hari pertama pasti tertekan lah ya. Kita kaget lah maksudnya tiba-tiba begitu datang langsung disuruh jalan jongkok gitu dan mayan jauh lewat aspal segala macem jadi kan mereka konsepnya gimanapun caranya mental kita dibikin jatuh banget dibikin jadi nol.

Dari situ, dibangun pelan-pelan kan karena kalau mentalnya dibikin jatoh banget, akhirnya ngebangunnya akan lebih gampang tapi buat aku sendiri malah aku ngerasa setelah beberapa hari itu ngerasa ini kalau aku bukan as an actor, cuma orang biasa nih.

Belum tentu aku bisa ngalamin hal seperti ini, dan akhirnya aku lebih menghargai pekerjaan aku as an actor gitu maksud aku kerjaan aku as an actor itu perlu effort, perlu tanggung jawab, komitmen, disiplin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tiga film memerankan Amir di Trilogi Merdeka, mana bagian yang berkesan?

Menurut aku prosesnya luar biasa itu adegan di mana aku sama Rifnu kalau nggak salah itu di bagian ke-3.

Rifnu itu habis yang film kedua kan dia dipotong lidahnya udah gak bisa ngomong nah Amir pada saat itu mau ditugaskan kembali tapi Amir punya prinsip kan dia nggak mau ngebunuh maunya itu ya udah kita udah bukan waktunya untuk perang ngebunuh.

Rifnu itu kan nggak bisa ngomong ya tapi akhirnya kita pakai bahasa isyarat aku cuma menyentuh mulut menyentuh kepala dan menyentuh hati dan tapi itu jadi scene yang ternyata sangat powerfull banget.

Pada saat itu juga kayak kru dan segala macem mereka sampa bener-bener diam gitu sampai ada yang nangis juga gitu momentnya jadi luar biasa banget sih di scene itu.

[Gambas:Youtube]

Jika ada tawaran lagi untuk film berlatar sejarah, tertarik?

Oh iya lah. Seperti tadi aku bilang bawa buat aku cerita sejarah atau film-film itu selalu menarik karena kita bicara tentang sejarah dalam arti bukan hanya ngomong sejarahnya, tapi orang-orang secara personal yang yang melakukan sejarah itu sendiri.

Film berlatar sejarah sering diputar ulang di TV, bagaimana Anda melihatnya?

Aku tuh merasa bahwa Merah Putih film yang akhirnya ada setelah sekian lama kita nggak produksi film seperti itu. Kita pernah punya Janur Kuning, kita pernah punya Serangan Fajar tapi habis itu nggak pernah ada film Indonesia yang seperti itu sampai muncullah film Merah Putih ini.

Seneng bangga juga gitu seneng terlibat di Merah Putih bangga gitu karena sampai sekarang setiap 17 Agustus Trilogi itu selalu diputar dan satu lagi itu berkat juga film sejarah itu kan bisa menjadi bukan hanya sekadar hiburan tapi juga bisa mengingatkan orang-orang di momen-momen tertentu pada saat momen-momen sejarah di sebuah bangsa kayak tadi proklamasi di film Soekarno, terus Merah Putih juga, Sang Pencerah, atau apa kan selalu diputar di saat kemerdekaan, itu menjadi alat untuk kembali mengingatkan perjuangan para pahlawan kita kita.

Komentar Anda tentang tren film berlatar sejarah di Indonesia?

Film sejarah itu memerlukan kecermatan gitu memerlukan hal-hal yang detail karena kita ngomongin sesuatu yang sifatnya pernah terjadi sehingga kalau sampai salah nanti sejarah itu akan jadi salah juga gitu kan nah ini kan yang perlu riset yang cukup panjang gitu.

Problemnya kita seperti di Indonesia itu beda sama mungkin di Eropa atau di mana bangunan-bangunan tuanya tuh masih dilestarikan, kalau di sini dikit-dikit dihancurkan dijadikan mal, itu loh problemnya. Jadi begitu kita mau bikin film sejarah susah mencari hal-hal yang seperti itu.

(fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER