Penggemar K-Pop di media sosial juga jadi incaran 'penertiban' yang dilakukan oleh China terhadap industri hiburan dalam beberapa waktu terakhir.
Dilaporkan CNN Business pada Senin (6/9) waktu London, laman internet terbesar di China, Weibo, mengumumkan pada Minggu (5/9) telah menyuspensi 21 akun penggemar K-Pop.
Alasannya, puluhan akun tersebut dianggap memiliki "perilaku mengejar idola yang tidak rasional". Akun-akun yang ditangguhkan selama 30 hari tersebut merupakan milik penggemar para artis K-Pop terkenal, mulai dari IU, EXO, BLACKPINK, hingga BTS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penangguhan ini diketahui setelah sebuah akun penggemar yang didedikasikan untuk Jimin BTS tersuspensi. Akun tersebut 'ditempeli' pernyataan: "Akun ini untuk sementara dilarang mengunggah karena melanggar peraturan komunitas Weibo."
Weibo mengatakan akan menentang perilaku mengejar idola yang tidak rasional dan akan menanganinya dengan serius. Weibo juga berjanji mempromosikan kegiatan itu secara rasional serta mengatur ketertiban masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, industri hiburan China telah menjadi target penertiban oleh Partai Komunis yang menguasai negara tersebut. Hal itu terjadi setelah sebelumnya Presiden China, Xi Jinping, hanya menargetkan sektor swasta di bidang teknologi.
Tidak hanya akun para penggemar, hal serupa sebelumnya juga menimpa artis China termasuk Zhao Wei. Seluruh informasi serta hal-hal yang berhubungan dengan aktris senior Zhao Wei atau Vicki Zhao menghilang dari internet sejak Kamis (26/8) tanpa alasan yang jelas.
Tidak berhenti sampai di situ, nama Vicki Zhao dari serial, film, video pendek layanan streaming China, seperti Tencent Video, iQIYI, dan Youku juga menghilang begitu saja. Acara-acaranya masih bisa disaksikan tapi keterangan keterlibatan Zhao dihilangkan.
Cyberspace Administration of China (CAC) baru-baru ini mengumumkan 10 langkah untuk membersihkan "kekacauan" yang disebabkan para penggemar idol alias fandom.
![]() |
Langkah-langkah tersebut termasuk melarang segala peringkat selebriti berdasarkan popularitas dan memperketat peraturan seputar agensi bakat dan akun penggemar.
Menanggapi hal tersebut, pengguna media sosial China berkomentar bahwa tindakan keras itu mengingatkan mereka pada Revolusi Kebudayaan yang terjadi antara tahun 1966 hingga 1976.
Pada dekade tersebut terjadi kekacauan politik dan sosial ketika seni dan budaya dibatasi demi mempromosikan propaganda partai.
Partai Komunis yang memandang budaya populer sebagai medan pertempuran ideologis utama, telah lama menjaga ketat sektor hiburan China dengan penyensoran yang ketat.
Namun di sisi lain, hal tersebut juga telah mendorong pertumbuhannya industri hiburan lokal negara itu. Hal itu dilakukan untuk mendukung film dan pertunjukan domestik agar industri hiburan China leibih unggul dari Hollywood dan produksi asing lainnya.
(fby/end)