Pola gerakan pada tarian Topeng Betawi mengandalkan ketahanan kaki. Para penari menurunkan badan mereka sehingga beban tubuh akan bertumpu pada kaki.
Selain ketahanan kaki, penari juga harus memiliki keluwesan karena terdapat gerakan memutar tangan dan pinggul.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi penari Topeng Betawi, yaitu (1) gandes yang berarti lemah gemulai, (2) ajer alias ceria atau riang, maksudnya apapun yang terjadi sang ronggeng (penari) tidak boleh terlihat sedih atau murung, (3) penari harus bisa menari lepas, lincah tanpa beban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kostum dalam dari Topeng Betawi tergantung pada tema yang akan dipentaskan, namun tidak lepas dari busana khas Betawi.
Penari lelaki biasanya menggunakan pakaian hitam, mulai dari kaos oblong, celana panjang, sarung, dan dilengkapi peci atau ikat kepala.
Sementara penari perempuan menggunakan kebaya dan kain batik Betawi yang dilengkapi dengan penutup dada (toka-toka), ikat pinggang logam (pending), selendang (kewer), penutup perut (amprang), dan penutup panggul (andong).
Sebagai tambahan, penari Lipet Gandes dilengkapi kipas besar untuk menutupi wajah saat berdialog dengan "bodor" (pelawak) atau saat menyanyi.
Penari Topeng Tunggal dilengkapi tiga buah topeng yang dikenakan dengan menggigit pegangan topeng di bagian belakang agar topeng menempel di wajah.
Saat ini, tari Topeng Betawi bisa dibawakan terpisah dari pertunjukan Topeng Betawi. Tarian ini pun telah memiliki beragam variasi, di antaranya Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik, Topeng Putri, Topeng Ekspresi, dan Kang Aji.
Sementara tari kreasi baru yang mendapat inspirasi dari Tari Topeng Betawi antara lain Ngarojeng, Doger Amprok, Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nandak Ganjen, dan Topeng Sengget.