Ketat Sensor Film China, dari Dinasti Ming ke Xi Jinping

CNN Indonesia
Minggu, 10 Okt 2021 12:47 WIB
China telah menyensor konten, termasuk film sejak Dinasti Ming dan berkembang hingga kini.
Ilustrasi. China telah menyensor konten, termasuk film sejak Dinasti Ming dan berkembang hingga kini. (iStockphoto)

SARFT atau yang kini dikenal dengan Administrasi Radio dan Televisi Nasional (NRTA) dalam menerapkan sistem sensor perfilman akan menjunjung tinggi nilai-nilai Partai Komunis, yang bahkan bisa dimulai dari naskah.

Seperti dilansir IndieWire beberapa waktu lalu, beberapa tahap harus dilalui tim produksi sebelum karyanya bisa disaksikan masyarakat luas.

Mereka menyerahkan skenario atau film ke badan sensor untuk ditinjau. Komite atau dewan memiliki waktu 15 hari untuk memberikan tanggapan. Namun, pada kenyataannya tanggapan bisa keluar lebih dari batas waktu itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SARFT kemudian memberikan komentar agar film itu bisa memenuhi semua persyaratan sensor. Mereka tidak memberi tahu hal yang harus diperbaiki, melainkan menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Beberapa hal yang dianggap tabu adalah seks, kekerasan, percabulan, agama, takhayul, perjudian, penyalahgunaan narkotika, merokok, aktivitas kriminal, tidak memiliki fakta ilmiah seperti perjalanan waktu atau hantu.

Hal yang juga sangat dilarang adalah kritik terhadap partai komunis, kepemimpinannya, atau legitimasinya.

Film dokumenter China Behemoth (Bei Xi Mo Shou)Film dokumenter China Behemoth (Bei Xi Mo Shou) yang dirilis pada 2015 dilarang tayang di bioskop lokal tapi berjaya internasional. (Foto: Arsip Institut National de I'Audiovisuel via IMDb)

Tim produksi lalu diberi kesempatan mengubah atau memodifikasi film. Setelah itu, naskah atau film itu diserahkan kembali pada SARFT untuk ditinjau ulang, hingga mendapatkan persetujuan.

Namun, pembuat film bisa mengajukan peninjauan tambahan jika tidak setuju dengan hasil tinjauan komite.

Sebuah film yang tidak disetujui SARFT untuk tayang di layar lebar tidak langsung 'mati dan dikubur' begitu saja. Film-film itu masih berpeluang tayang di layar kaca jika mendapat persetujuan Administrasi Umum Pers dan Publikasi (GAPP).

Rebecca E. Harvey dalam jurnal Cinesteshia Vol. 9, A Short History of Film and Censorship in Mainland China, yang dipublikasikan pada 2019 mencatat film-film yang dilarang tayang di China memiliki daya pikat tertentu di luar negeri.

"Sehingga beberapa film yang tidak lolos sensor masih dirilis dalam bentuk DVD di dalam negeri dan dapat menggunakan status 'terlarang' sebagai taktik promosi di luar negeri," tulis Rebecca.

Film China A Touch of Sin (Tian Zhu Ding)Film China A Touch of Sin (Tian Zhu Ding) kesulitan mendapatkan izin penayangan di bioskop lokal karena menampilkan banyak kekerasan. (Foto: Arsip Xstream Pictures via IMDb)

Beberapa film juga diizinkan pemerintah diputar di festival film internasional, walau di saat yang bersamaan dilarang tayang di dalam negeri. Hal itu dinilai untuk mempromosikan citra positif demi menjaga hubungan yang baik.

Salah satunya adalah film dokumenter Behemoth garapan Zhao Liang. Film itu tidak bisa didistribusikan di dalam negeri karena mengkritik penambangan batu cara di China dan Mongolia lewat dampak lingkungan, sosiologis, serta kesehatan masyarakat.

Namun, film tersebut memenangkan penghargaan festival internasional seperti Best Documentary Stockholm International Film Festival Suède, Special Jury Prize TOKYO FILMeX, serta Firebird Awards of Documentary Competition Hong Kong International Film Festival.

Sistem sensor yang ketat telah membatasi film yang bisa dinikmati penonton China. Namun, pada dasarnya, produksi film di China masih tinggi dan film-film lokal serta bertema nasionalisme selalu menguasai box office setiap tahunnya.

(chr/chr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER