Banyak film live-action anime buatan Jepang berhasil memenangkan hati penonton. Selain Death Note, Rurouni Kenshin menjadi contoh lainnya.
Namun, embel-embel rumah produksi Jepang tak selalu menjanjikan hasil live-action yang pasti disukai sebagian besar basis penggemar. Attack on Titan contohnya.
Attack on Titan merupakan manga sekaligus anime yang memiliki basis penggemar baik di Jepang maupun internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, itu tak menjamin rating tinggi atau penghasilan tinggi dari box office ketika Toho Pictures merilis live-action Attack on Titan dan Attack on Titan: End of the World.
Rating tertinggi dari kedua film tersebut, berdasarkan Rotten Tomatoes, hanya 50 persen. Sementara itu, serial animasinya (anime) mendapatkan rating hingga 96 persen.
Salah satu penggemar anime, Axel, mengungkapkan beberapa hal membuat live-action acap kali tak disambut baik fan.
"Jepang itu kan terkenal dengan anime bagus-bagus, banyak yang pakai CGI. Tapi kenyataannya pas bikin Attack on Titan live-action itu CGI-nya aneh kayak film naik naga terbang begitu," kata Axel kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
"Aneh banget, padahal Jepang secara teknologi maju, kok bikin live-action malah seperti itu. Aneh pokoknya," ucapnya.
Lihat Juga : |
Oleh sebab itu, upaya rumah produksi yang tak pernah berhenti membuat live-action anime serta respons para penggemar karya orisinal akan dibahas dalam Fokus edisi Januari 2021: Lagi Lagi Live-Action Anime.
Tanggapan para penggemar serta penilaian para ahli terhadap live-action anime akan ditampilkan dalam Fokus kali ini.
Sejumlah live-action yang dicap terburuk hingga sukses menguasai box office juga bisa disaksikan dalam seri artikel Fokus: Lagi Lagi Live-Action Anime.
(chri)