Jakarta, CNN Indonesia --
Snowdrop sebenarnya bisa dibilang drama Korea yang gagal memanfaatkan dengan baik potensi yang dimilikinya, baik dari segi cerita maupun dari kehadiran para pemainnya seperti Jisoo BLACKPINK.
Memiliki latar di momen bersejarah dalam dunia politik Korea Selatan, Gerakan Demokratisasi Gwangju, penulis Snowdrop tampak tidak benar-benar serius memanfaatkan latar kisah itu.
Bukan masalah fakta atau fiksi, Snowdrop jelas terasa hanya menempelkan cerita pergolakan politik pada masa-masa suram Korea Selatan itu sebagai kemasan dasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu terlihat dari bagaimana cerita Snowdrop berjalan dari awal hingga akhir. Pada awal-awal episode, drama ini cukup baik mengemas kisah kehidupan para mahasiswa di masa pergerakan tersebut.
Dengan bumbu-bumbu komedi gelap dan aroma-aroma klenik yang masih kental dipercaya masyarakat Korea Selatan saat itu, Snowdrop adalah tontonan menarik.
Belum lagi soal drama perebutan kekuasaan yang dilakukan kalangan petinggi pemerintah. Kesan 'berbobot' jelas menjadi penilaian awal penonton untuk Snowdrop.
 Review Snowdrop: drama Korea ini gagal memanfaatkan dengan optimal sumber daya yang dimiliki. (Arsip jTBC via Hancinema) |
Hingga kemudian, penulis tampak kehilangan fokus sehingga cerita bercabang, melebar, dan membosankan.
Poin kritis dalam pengembangan cerita Snowdrop ada pada karakter utama serial ini, Su-ho (Jung Hae-in). Berbagai drama perebutan kekuasaan berbumbu pengkhianatan nyatanya tidak memberikan dampak apapun bagi Su-ho.
Penulis Yoo Hyun-mi terasa lalai, atau sengaja mengesampingkan, perubahan emosi dan karakter Su-ho setelah ia mengalami berbagai masalah sepanjang drama ini berjalan.
Emosi Su-ho begitu konsisten pada satu ekspresi, antara kebingungan atau pasrah. Hal ini membuat saya frustrasi dalam menuntaskan Snowdrop.
Review Snowdrop lanjut ke sebelah...
Saya semakin frustrasi ketika hal itu bukan hanya terjadi pada Su-ho. Lawan mainnya yang juga menjadi salah satu karakter utama drama ini, Young-ro (Jisoo BLACKPINK), juga bernasib serupa.
Entah apa yang dipikirkan atau terjadi pada penulis Yoo Hyun-mi, ia begitu istikamah menuntut aksi manis dari Jisoo untuk drama ini. Seolah, tak ada tantangan lain bagi Jisoo untuk mengeksplorasi aktingnya.
Hal itu amatlah disayangkan mengingat Snowdrop adalah momen debut Jisoo di dunia seni peran dan semestinya bisa jadi titik balik bagi kariernya di masa mendatang.
Apalagi, Jisoo yang berasal dari grup BLACKPINK sudah memiliki basis penggemar loyal dan besar. Menampilkan sosok Jisoo yang lain di layar kaca mestinya menjadi strategi bagus sebagai 'fan service' yang berujung mendongkrak rating drama.
Dengan situasi tersebut, maka jangan heran bila ada yang beranggapan bahwa Jisoo hanyalah pemanis dan umpan bagi penggemar BLACKPINK untuk menyaksikan drama ini.
Meski begitu, tim produksi Snowdrop telah bekerja begitu keras dan detail, terutama dalam menghidupkan kembali suasana '80-an.
 Review Snowdrop: tim produksi telah bekerja begitu keras dan detail, terutama dalam menghidupkan kembali suasana '80-an. (dok. JTBC via Hancinema) |
Mereka bekerja dengan baik sehingga bisa menimbulkan kesan nostalgia bagi penonton, mulai dari lagu-lagu disko-pop, kostum, interior, desain bangunan, lanskap, hingga peralatan elektronik.
Persiapan dan produksi yang matang itu jelas patut diacungi jempol dan membuat Snowdrop bernilai berbeda dibanding acara pada slot waktu yang sama.
Bukan hanya tim produksi, para pemain pendukung juga menampilkan aksi yang memuaskan.
Salah satunya aksi Kim Hye-yoon sebagai Gye Bun-ok yang mengurangi kebosanan drama ini. Aksinya dalam drama ini bahkan bisa membuat emosi penonton naik-turun.
Selain itu, hal manis dari Snowdrop lainnya adalah pilihan soundtrack yang didominasi lagu-lagu ballad. Lagu-lagu tersebut bukan hanya nyaman di telinga namun juga berperan penting membangun emosi dari drama ini.
Drama Snowdrop terdiri dari 16 episode dan bisa disaksikan di layanan streaming Disney+ Hotstar.
[Gambas:Youtube]