Review Film: The Batman

Muhammad Feraldi | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mar 2022 19:47 WIB
Review The Batman: film yang dibintangi Robert Pattinson adalah jawaban untuk penantian penggemar setelah trilogi The Dark Knight.
Review The Batman: film yang dibintangi Robert Pattinson adalah jawaban untuk penantian penggemar setelah trilogi The Dark Knight. (Warner Bros. Pictures via IMDb)

Gaya berpakaian Bruce Wayne kali ini berbeda jauh dibanding film-film terdahulu. Bruce Wayne dulu amat terlihat sebagai seorang filantrop dengan setelan jas mewah dan kerap tampil di publik. Namun, penampilan Wayne versi Pattinson justru berbanding terbalik.

Bruce Wayne versi Pattinson tampil dengan pakaian lusuh dan sangat jarang berinteraksi dengan orang luar. Ia bahkan hanya sekali menggunakan setelan jas dan muncul di keramaian, yaitu saat menghadiri suatu pemakaman.

Hal itu sepertinya dilakukan untuk mendukung kondisi mental Bruce Wayne yang membuat ia enggan berurusan dengan dunia luar yang gemerlap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan juga terlihat dari penggunaan gawai berteknologi canggih yang identik dengan Batman.

Matt Reeves tampaknya enggan menjadikan The Batman sebagai ajang pamer teknologi milik sang Caped Crusader. Hampir semua gawai yang digunakan relatif umum dan tidak terlalu berkesan.

Meski begitu, The Batman juga bukan tanpa cela.

Film ini mengusung gaya slow-burning movie atau alur penceritaan yang pelan. Penonton diajak untuk mengikuti satu petunjuk ke petunjuk lain secara hati-hati dengan ketegangan yang terus meningkat.

Film The Batman (2022)Review The Batman: The Batman layaknya film bertema detektif yang terus menghadirkan misteri, tetapi dengan tempo cerita yang lambat. (Warner Bros. Pictures)

The Batman layaknya film bertema detektif yang terus menghadirkan misteri, tetapi dengan tempo cerita yang lambat.

Selain itu, karakter penting yang terlibat dalam cerita The Batman juga cukup banyak. Mereka menghadirkan latar belakang dan motifnya masing-masing sehingga membuat cerita semakin ruwet.

Dua hal itu berpotensi menjemukan pada beberapa bagian, apalagi bagi penonton yang tidak familiar dengan kisah Batman secara umum.

Penonton juga perlu mengatur ekspektasi, karena The Batman cukup berbeda dengan film superhero lainnya. Sebab, tidak ada banyak adegan aksi atau pertarungan melawan penjahat yang bombastis.

Batman memang digambarkan sebagai karakter yang lebih brutal dari biasanya. Namun, porsi yang ditampilkan cenderung sedikit.

Bahkan, adegan bertarung dengan gaya silat Indonesia yang sebelumnya pernah diumbar juga terlalu samar. Hal ini mungkin dilakukan demi menonjolkan kisah Batman sebagai seorang detektif.

Meski demikian, semua cela itu sepadan dengan sensasi dan pengalaman menonton yang dirasakan. The Batman seolah sebagai pijakan awal dari era Robert Pattinson yang ambisius dan menjanjikan, terlihat dari bagaimana film ini ditutup.

Jika nanti sekuel The Batman berada di level yang sama atau bahkan lebih baik, bukan tidak mungkin Batman versi Matt Reeves bisa menjadi salah satu seri adaptasi terbaik yang pernah dibuat.

Lebih dari itu, The Batman berhasil menjadi ajang perayaan para penggemar yang telah menanti kembalinya sang Caped Crusader ke layar lebar.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER