Review Film: Turning Red

Muhammad Feraldi | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mar 2022 20:20 WIB
Review Turning Red: film ini sejatinya seperti diary sang sutradara, Domee Shi.
Review Turning Red: film ini sejatinya seperti diary sang sutradara, Domee Shi. (PIXAR/Pixar)

Narasi itu hanya ditampilkan riwayatnya secara singkat. Seolah penulis ingin fokus dengan konflik ibu-anak dan bagaimana mereka menghilangkan 'kutukan' panda merah tersebut.

Selain itu, legenda panda merah seperti yang ada di Turning Red juga terlihat menjadi formula yang sering digunakan oleh Pixar di film lainnya. Sebut saja Onward dengan konsep dunia sihir hingga Coco dengan konsep 'afterlife'.

Hal itu membuat formula Turning Red tidak terasa baru, meski karakter dan unsur budaya yang diangkat berbeda dari sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bicara soal unsur budaya, Domee Shi yang merupakan keturunan China-Kanada dengan jelas terlihat membawa warisan budaya leluhurnya dalam Turning Red.

Sebut saja narasi panda merah yang berasal dari China. Kemudian latar belakang keluarga Mei Lee yaitu peranakan Tionghoa yang tinggal di Toronto, sama seperti Domee Shi.

Berbagai kisah dan penggambaran interaksi antara orang tua dan anak ala masyarakat Asia, terutama Tionghoa, juga digambarkan dengan baik dalam Turning Red tanpa terasa tendensius.

WE’VE GOT YOUR (FLUFFY) BACK – In Disney and Pixar’s all-new original feature film “Turning Red,” everything is going great for 13-year-old Mei—until she begins to “poof” into a giant panda when she gets too excited. Fortunately, her tightknit group of friends have her fantastically fluffy red panda back. Featuring the voices of Rosalie Chiang, Ava Morse, Maitreyi Ramakrishnan and Hyein Park as Mei, Miriam, Priya and Abby, “Turning Red” will debut exclusively on Disney+ (where Disney+ is available) on March 11, 2022. © 2022 Disney/Pixar. All Rights Reserved.Review Turning Red: Keberadaan geng Mei bak menggambarkan salah satu momen indah semasa remaja, ketika memiliki sekelompok sahabat yang seiya sekata dan saling mendukung satu sama lain. (PIXAR/Pixar)

Unsur budaya Tionghoa juga terlihat dari aspek visual yang kental dengan warna merah dan oranye, serta kuil keluarga peninggalan leluhur yang ditempati keluarga Mei Lee.

Sayangnya, karakter dan unsur budaya yang kaya itu tidak didukung dengan eksekusi klimaks nan optimal. Sepertiga akhir dari Turning Red terasa biasa saja dan kurang berkesan.

Padahal, cerita yang dibangun selama satu jam pertama tampak meyakinkan dan menarik. Belum lagi dengan sejumlah referensi masa remaja dan unsur budaya yang ditampilkan.

Namun pada akhirnya, Turning Red sukses menyajikan cerita 'coming of age' yang personal dengan tetap membawa pesan universal.

Bagi penonton dewasa, film ini akan menjadi momen nostalgia lewat serangkaian cerita Mei Lee dan referensi budaya yang ditampilkan.

Bagi penonton anak-anak dan remaja, film ini menjadi cermin tentang apa yang sedang mereka alami sekaligus bisa jadi inspirasi untuk menjalani hidup sesuai keinginan namun bertanggungjawab.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER