Revolusi Islam Iran tersebut bukan hanya mengubah tata negara wilayah Persia itu, tetapi hingga ke tatanan sosial juga budayanya, termasuk film.
Menurut Mottahedeh, Ayatollah Ruhollah Khomeini memiliki peranan dalam perkembangan teknologi dan budaya di Iran pasca Revolusi Islam. Hal ini pula yang kemudian mendorong perfilman Iran semakin berkembang.
Meski begitu, masyarakat Iran tak lantas gembira ketika rezim telah jatuh. Mereka harus menghadapi Perang Iran-Irak pada dekade '80-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut akademisi dan pakar Iran dari Columbia University, Hamid Dabashi, berbagai gejolak itu menimbulkan trauma tersendiri sehingga mendorong para seniman untuk mengekspresikan diri.
"Revolusi itu telah menciptakan kondisi kreativitas untuk mengungkapkan trauma yang dialami bangsa," kata Dabashi kepada CNN.
Sementara itu, penerapan sensor juga pembatasan konten seiring dengan penerapan syariat Islam di Iran rupanya lebih dianggap sebagai tantangan alih-alih pengekangan.
![]() |
"Ini jelas bukan untuk membela penyensoran," kata Dabashi, "Namun bila terkait Iran, penyensoran menciptakan penghalang kreatif yang harus dilewati oleh pembuat film."
Mohammad Reza Ebrahimi, Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia, mengatakan kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu bahwa Revolusi Islam mempermudah masyarakat mengakses film.
"Sebelum Revolusi, gedung bioskop adalah tempat untuk menonton hal yang tidak layak untuk ditonton," kata Ebrahimi. "Karena film yang ditonton pun bertentangan dengan hukum Islam, mungkin dilabeli film dewasa, memang benar-benar dewasa,"
"Namun setelah revolusi Islam Iran, mulai diproduksi film-film yang bisa dilihat semua usia, pembatasan umur tetap ada tetapi keluarga dari berbagai usia bisa menikmati akhir pekan mereka, dan itu bukan suatu hal yang dianggap buruk." kata Ebrahimi.
Ebrahimi pun menyebut bahwa perfilman Iran didukung oleh Ayatollah Khomeini yang disebutnya adalah seorang penggemar film dan kerap saling berdiskusi dengan sineas.
![]() |
Dukungan itu pun disebutnya masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut dilihat dari dukungan pemerintah untuk perfilman Iran dalam bentuk bujet anggaran negara hingga kemudahan perizinan produksi film.
Kini, Iran tinggal memetik buah perjuangan panjang mereka dalam membentuk sosial dan budaya, termasuk perfilman nasional mereka.
Hal itu terbukti dari Iran yang kini menjadi negara kedua di Asia dengan Piala Oscar terbanyak, dan film-film mereka yang hilir mudik di berbagai ajang perfilman.
(end)