Selayang Pandang Hikayat Film Iran, dari 'Dosa' Jadi Kebanggaan

CNN Indonesia
Minggu, 03 Apr 2022 08:40 WIB
Film Iran yang hilir mudik di berbagai ajang perfilman era modern adalah buah perjalanan panjang perfilman negara Persia tersebut.
The Song of Sparrows (2008). Film Iran yang hilir mudik di berbagai ajang perfilman era modern adalah buah perjalanan panjang perfilman negara Persia tersebut. (dok. Majid Majidi Film Production via IMDb)

Revolusi Islam Iran tersebut bukan hanya mengubah tata negara wilayah Persia itu, tetapi hingga ke tatanan sosial juga budayanya, termasuk film.

Menurut Mottahedeh, Ayatollah Ruhollah Khomeini memiliki peranan dalam perkembangan teknologi dan budaya di Iran pasca Revolusi Islam. Hal ini pula yang kemudian mendorong perfilman Iran semakin berkembang.

Meski begitu, masyarakat Iran tak lantas gembira ketika rezim telah jatuh. Mereka harus menghadapi Perang Iran-Irak pada dekade '80-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut akademisi dan pakar Iran dari Columbia University, Hamid Dabashi, berbagai gejolak itu menimbulkan trauma tersendiri sehingga mendorong para seniman untuk mengekspresikan diri.

"Revolusi itu telah menciptakan kondisi kreativitas untuk mengungkapkan trauma yang dialami bangsa," kata Dabashi kepada CNN.

Sementara itu, penerapan sensor juga pembatasan konten seiring dengan penerapan syariat Islam di Iran rupanya lebih dianggap sebagai tantangan alih-alih pengekangan.

Iranian, then opposition leader in exile, Ayatollah Ruhollah Khomeini comes out of his villa to go for the Friday prayer in January 1979 at Neauphle Le Chateau in France.L'Ayatollah Khomeiny en exil  Neauphle Le Chateau sort de sa villa pour se rendre  la prire en janvier 1979 quelques jours avant son retour  Teheran. (Photo by JOEL ROBINE and - / AFP)Ayatollah Ruhollah Khomeini dianggap memiliki peranan dalam perkembangan teknologi dan budaya di Iran pasca Revolusi Islam. (JOEL ROBINE / AFP)

"Ini jelas bukan untuk membela penyensoran," kata Dabashi, "Namun bila terkait Iran, penyensoran menciptakan penghalang kreatif yang harus dilewati oleh pembuat film."

Mohammad Reza Ebrahimi, Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia, mengatakan kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu bahwa Revolusi Islam mempermudah masyarakat mengakses film.

"Sebelum Revolusi, gedung bioskop adalah tempat untuk menonton hal yang tidak layak untuk ditonton," kata Ebrahimi. "Karena film yang ditonton pun bertentangan dengan hukum Islam, mungkin dilabeli film dewasa, memang benar-benar dewasa,"

"Namun setelah revolusi Islam Iran, mulai diproduksi film-film yang bisa dilihat semua usia, pembatasan umur tetap ada tetapi keluarga dari berbagai usia bisa menikmati akhir pekan mereka, dan itu bukan suatu hal yang dianggap buruk." kata Ebrahimi.

Ebrahimi pun menyebut bahwa perfilman Iran didukung oleh Ayatollah Khomeini yang disebutnya adalah seorang penggemar film dan kerap saling berdiskusi dengan sineas.

Iranian director Abbas Kiarostami poses for photographers 18 May after he won the Golden Palm for his film Sutradara Abbas Kiarostami saat meraih Palme d'Or Cannes Film Festival. (AFP/MICHEL GANGNE)

Dukungan itu pun disebutnya masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut dilihat dari dukungan pemerintah untuk perfilman Iran dalam bentuk bujet anggaran negara hingga kemudahan perizinan produksi film.

Kini, Iran tinggal memetik buah perjuangan panjang mereka dalam membentuk sosial dan budaya, termasuk perfilman nasional mereka.

Hal itu terbukti dari Iran yang kini menjadi negara kedua di Asia dengan Piala Oscar terbanyak, dan film-film mereka yang hilir mudik di berbagai ajang perfilman.

(end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER