Review Single: Florence + The Machine, King

CNN Indonesia
Senin, 11 Apr 2022 20:00 WIB
Florence + The Machine merilis single bertajuk King yang bercerita tentang konflik seniman perempuan.
Florence + The Machine merilis single bertajuk King yang bercerita tentang konflik seniman perempuan. (Foto: Wikimedia Commons/Kairi p)

"But a woman is a changeling, always shifting shape
Just when you think you have it figured out
Something new begins to take
What strangе claws are these scratching at my skin
I nеver knew my killer would be coming from within"

Welch mengingatkan pendengar bahwa konflik terbesar tidak datang dari ekspektasi masyarakat tetapi dari dalam diri. Ketidakpercayaan diri dapat menjadi sesuatu yang jauh lebih melumpuhkan jika dibiarkan merajalela dalam alam bawah sadar kita.

Dalam lagu ini, alunan musik terdengar sangat minim di awal dengan getaran bass dan snare drum yang ringan. Semakin lama track instrumental semakin ramai, selayaknya kurva, sebelum pecah dengan suara trompet dan biola yang diiringi paduan suara perempuan. Kemudian kian melambat di bagian akhir, seperti membawa sang pendengar kembali ke tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lirik akhir pun menutup monolog ini dengan rapih, saat Welch mengaku bahwa dirinya tidak pernah sejago yang ia harapkan dan bahkan belum puas dengan jalan hidupnya. Namun, ia memilih untuk mengesampingkan semua itu dan lanjut berkarya.

Berbeda dengan lagu-lagu lain yang bertema emansipasi perempuan, King mampu menjadi cerminan jujur dan apa adanya yang muncul dari pengalaman pribadi pencipta lagu.

Dari awal sampai akhir, lagu ini tidak mencoba mencarikan solusi untuk konflik identitas tersebut tapi sekadar membukakan mata pendengar bahwa tantangan yang mereka hadapi memang ada dan sangat nyata.

Dalam siaran persnya, Florence + The Machine mengungkapkan bahwa ia tidak pernah memikirkan identitasnya sebagai perempuan, hanya sebagai seniman. Dia selalu menjadikan seniman pria sebagai tolok ukur kesuksesan tanpa memandang gender.

Namun, kini ia melihat disparitas antara dirinya dan mereka karena keputusan untuk berkeluarga atau melanjutkan karier lebih sulit di pihak perempuan daripada pria.

"Tapi sekarang, berpikir tentang menjadi seorang perempuan di usia 30-an dan masa depan, tiba-tiba saya merasakan terbelahnya identitas dan keinginan pribadi saya," ujarnya.

(tdh/pra)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER