Jakarta, CNN Indonesia --
Moon Knight menjadi tontonan yang komplet tanpa perlu bumbu multiverse atau crossover yang menjelimet. Serial ini membuktikan formula yang semakin terasa seperti pakem Marvel Cinematic Universe (MCU) itu bukanlah suatu kewajiban.
Kolaborasi Jeremy Slater sebagai kreator dan Mohamed Diab sebagai sutradara menyajikan tayangan enam episode yang memuaskan. Kualitas Moon Knight tercermin dari penulisan cerita, penyutradaraan, hingga akting para pemerannya.
Moon Knight dianugerahi modal cerita yang kaya karena mengusung superhero dengan kekuatan dari dewa Mesir Kuno. Modal itu dieksplorasi dengan menampilkan banyak referensi dari mitologi Mesir Kuno.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marvel Studios membuat keputusan tepat dengan merekrut sineas asal Mesir, Mohamed Diab, sebagai sutradara. Kapasitas Diab memperkuat akurasi cerita dan referensi Mesir Kuno yang diangkat.
Kemudian secara teknis, aspek visual juga mendukung alasan mengapa serial ini begitu komplet. Inggris hingga Mesir yang menjadi latar tempat disajikan dengan gambar yang memukau.
Sebagai sutradara asli Mesir, Mohamed Diab tak terjebak dengan stereotip Barat saat menggambarkan negaranya. Visualisasi Mesir di Moon Knight jauh dari tone serba kuning yang seolah hanya berisi debu dan tanah tandus.
Kepuasan semakin terpenuhi ketika sutradara menggambarkan referensi Mesir Kuno dengan visualisasi yang menawan. Salah satunya penggambaran Duat, akhirat atau alam kematian dalam kepercayaan Mesir Kuno.
 Review Moon Knight: serial ini menjadi tontonan yang komplet tanpa perlu bumbu multiverse atau crossover yang menjelimet. (Marvel Studios via Twitter @moonknight) Serial Moon Knight (2022) |
Pemilihan musik latar serial ini juga menarik perhatian. Sentuhan klasik dari lagu A Man Without Love milik Engelbert Humperdinck itu berhasil mengiringi sejumlah adegan di Moon Knight.
Tak hanya itu, A Man Without Love juga memberikan kesan mendalam bagi penggemar MCU. Lagu tersebut bisa jadi sejajar dengan soundtrack ikonis MCU lainnya, seperti Come and Get Your Love dari Redbone dalam Guardians of the Galaxy (2014).
Adegan laga yang tersaji sepanjang cerita juga tidak mengecewakan. Penonton disuguhi gaya tarung yang berbeda dari Marc Spector dan Steven Grant saat dirasuki kekuatan Dewa Khonsu.
Dalam serial tersebut, Marc Spector bertransformasi menjadi Moon Knight saat dirasuki Dewa Khonsu, sementara Steven Grant berubah menjadi Mr. Knight.
Seiring cerita berjalan, Spector dan Grant juga semakin andal dalam mengendalikan kekuatan Khonsu. Puncaknya, Spector dan Grant berhasil berganti kepribadian secara mulus saat bertarung.
Transisi antara Moon Knight dengan Mr. Knight tampak begitu memukau. Keduanya seolah bekerja sama, tetapi dalam satu tubuh yang sama.
Penampilan memukau Marc Spector/Steven Knight tentu tak lepas dari akting Oscar Isaac yang patut mendapat pujian selangit. Jangkauan akting Oscar Isaac di Moon Knight sukses membuat decak kagum.
Review Moon Knight lanjut ke sebelah..
Selama enam episode, dia memainkan dua karakter dengan kepribadian bertolak belakang yang bisa bertransisi sewaktu-waktu.
Marc Spector merupakan seorang mantan tentara bayaran yang dingin, penuh rasa trauma, dan menyimpan banyak beban. Kepribadian itu berbanding terbalik dengan Steven Grant, pegawai museum yang berjiwa bebas, aneh, kutu buku, hingga payah.
Tidak berhenti di situ, perbedaan bahkan tampak dari aksen Marc Spector dan Steven Grant. Marc Spector memiliki aksen Amerika, sementara Steven Grant beraksen Inggris yang kental.
Dua kepribadian dengan sederet perangai yang bertolak belakang itu diperankan dengan mulus. Menyaksikan Oscar Isaac bertransisi dari Marc Spector ke Steven Grant dan sebaliknya menjadi tontonan yang begitu menyenangkan.
Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang jarang, bahkan hampir belum ditemui di film atau serial MCU sebelumnya.
Di sisi lain, menggaet aktor kawakan Ethan Hawke sebagai penjahat utama juga keputusan yang tak perlu dipertanyakan. Jam terbang Hawke sebagai aktor serba bisa tampaknya membuat karakter Arthur Harrow sebagai pemimpin sekte terasa tanpa cela.
May Calamawy sebagai Layla sekaligus mantan istri Marc Spector juga berhasil mengimbangi deretan pemeran lain. Namun, sejatinya masih banyak yang bisa digali dari karakter Layla dengan konfliknya bersama Marc Spector.
 Review Moon Knight: Moon Knight tetap menghadirkan pengalaman menonton yang memukau. Bagi penonton yang antusias dengan kisah mitologi, serial ini bisa menjadi pilihan. (Marvel Studios via Twitter @moonknight) |
Barangkali pendalaman karakter Layla menjadi satu aspek yang dikorbankan demi menonjolkan Marc Spector/Steven Grant sebagai pemeran utama.
Selain itu, mengenalkan Moon Knight dengan dunianya yang luas juga mempunyai kompleksitas sendiri.
Beberapa referensi Mesir Kuno ditampilkan sebagai bagian penting dari cerita. Bagi orang-orang yang antusias dengan dunia mitologi, hal tersebut tentu memantik rasa ingin tahu.
Namun, bagi orang awam yang melihat Moon Knight sebagai tontonan hiburan, tampaknya referensi demikian hanya akan membuat bingung.
Setiap referensi sejatinya sudah dijelaskan secara ringkas melalui dialog atau digambarkan melalui adegan dan cara-cara lainnya. Namun, bukan tidak mungkin penonton terlewat atau tidak memperhatikan istilah-istilah yang coba dijelaskan.
Di sisi lain, misteri di balik jati diri Marc Spector mulai episode 4 hingga episode terakhir juga terasa membingungkan. Lagi-lagi karena berbagai referensi yang coba dimasukkan.
Meski demikian, Moon Knight tetap menghadirkan pengalaman menonton yang memukau. Bagi penonton yang antusias dengan kisah mitologi, serial ini bisa menjadi pilihan.
Begitu pula bagi penggemar MCU yang mulai merasa jengah dengan multiverse hingga crossover. Moon Knight menjadi tontonan yang tepat jika merindukan cerita superhero orisinal tanpa kehadiran karakter dari film atau serial lain.
[Gambas:Youtube]