JoJo mengajak penonton Java Jazz Festival 2022 mengenang sekaligus memberikan penghormatan terakhir kepada korban penembakan di Texas. JoJo tampil pada Jumat (27/5) di JiExpo Kemayoran Jakarta.
"Kalian tahu kalau saya dari Amerika Serikat, datang jauh-jauh ke sini, dan setiap momennya begitu berharga. Saya tahu pandemi terjadi di mana-mana, tapi di Amerika sekarang ada penembakan, dan 21 orang tewas, maaf saya membuat kalian sedih," kata JoJo.
"Saya ingin meng-highlight betapa pentingnya untuk menggantikan hal negatif, ketakutan dan kebencian dengan cinta, saya rasa itu adalah hal paling kuat yang bisa kita lakukan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sebarkan cinta, memberitahu orang-orang mereka betapa kita sayang mereka, saya merasa beruntung berada di sini hari ini dan aku ingin menyebarkan cinta bersama kalian," pungkas JoJo.
Ia lalu membawakan lagu Say Love dengan menampilkan deretan nama korban penembakan di Texas di layar di belakangnya.
Dalam penampilan kali ini, JoJo juga membawakan deretan lagu lawas dan baru dengan sentuhan jazz yang ciamik. Mulai dari What U Need, Man, Spiral Szn, Baby It's You, hingga Caught Up In The Rapture yang dipopulerkan oleh Anita Baker, seorang musisi Amerika yang menjadi idolanya.
Lagu hit Too Little Too Late menjadi penutup penampilan JoJo di Java Jazz Festival 2022. Lagu itu langsung disambut sorak penonton yang otomatis bernyanyi bersama.
![]() JoJo menampilkan nama-nama korban penembakan SD Texas ketika tampil di Java Jazz Festival 2022. |
Sementara itu, remaja berusia 18 tahun melakukan penembakan massal di Robb Elementary School, Texas. Pelaku bernama Salvador Ramos itu menabrak mobil di dekat SD Robb, Uvalde, Texas. Ia lalu berhasil kabur dari kejaran satu polisi dan kemudian masuk ke kompleks sekolah.
Menurut keterangan kepolisian, baku tembak belum terjadi kala itu.
Ramos masuk ke sekolah lewat pintu belakang sambil membawa senjata AR-15. Ia lalu pergi ke ruangan kelas empat dan menembak seluruh orang di tempat itu.
Pihak berwenang menyampaikan, Ramos sempat membeli dua senjata dan 375 butir amunisi beberapa hari sebelum penembakan.
Setelah itu, kepolisian mengepung gedung sekolah, pun memecahkan kaca untuk mengevakuasi anak-anak dan staf. Agen Penjaga Perbatasan AS juga turut merespons penembakan itu dan mengkonfrontasi pelaku.
Selanjutnya, Ramos ditembak mati oleh petugas keamanan. Ramos sendiri tak memiliki riwayat kriminal ataupun gangguan jiwa.
Sampai saat ini, penyelidik masih belum menemukan motif di balik penembakan yang menewaskan 21 orang, yakni 19 siswa SD dan dua guru. Masih sedikit informasi terkait pelaku yang terkuak.