Pertama, film ini belum menawarkan sebuah kesegaran dan kebaruan yang berarti dalam genre superhero ataupun laga.
Jika mau mengembalikan skeptisisme saya, akan dengan mudah untuk melabeli Satria Dewa Gatotkaca sebagai MCU versi Indonesia dengan melihat gaya film ini.
Apalagi jika menilik pada efek kejut di alur cerita, cerita yang memaksa penonton menantikan kelanjutannya, serta adegan-adegan perkelahian yang terkesan penuh ragu dan tak memuaskan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, ekspektasi tinggi yang tak tercapai dari kehadiran Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman.
Harapan menyaksikan adegan perkelahian dan pencak silat yang mantap rasanya terasa tak klimaks dan cenderung terbebani, entah dengan target penonton, durasi, atau sensor.
Meski begitu, setidaknya Satria Dewa Gatotkaca bisa dianggap berhasil melaksanakan niatnya mengenalkan kisah pewayangan kepada generasi muda yang awam soal perseteruan Pandawa dan Kurawa.
Selain itu, ini adalah pengalaman pertama Hanung Bramantyo menggarap film superhero. Melihat rekam jejaknya yang didominasi film drama, jelas Gatotkaca jadi titik balik bagi perjalanan karier salah satu sutradara yang amat aktif bekerja ini.
![]() |
Tak lupa, efek animasi dan CGI yang terhitung mewah dan mumpuni bila dibandingkan dengan riwayat penggunaan efek visual di kebanyakan film Indonesia. Jangan dibandingkan dengan karya Hollywood yang memiliki alat termutakhir, sumber daya manusia melimpah, dan duit produksi berkali-kali lipat dari bujet film Indonesia termahal.
Efek visual film yang dihadirkan bersamaan dengan musik latar megah jelas mendukung keramahan dari film ini dan memanjakan penonton sepanjang durasi.
Terlepas dari performa Satria Dewa Gatotkaca yang bisa dibilang terobosan, perlu diingat bahwa film ini adalah pembuka dari proyek ambisius jagat sinema Satria Dewa.
Usai dari Gatotkaca, Satria Dewa akan merilis Arjuna pada tahun depan, dilanjutkan dengan Yudhistira, Bharatayuda, Bima, Nakula Sadewa, Srikandi, dan berakhir dengan Big Battle of Kurukshetra.
Proyek ini jelas akan berjalan panjang dan melelahkan. Selama delapan tahun beruntun, Satria Dewa punya tugas yang begitu berat untuk bisa menjaga ekspektasi penonton dan performa yang sudah dimulai dari Gatotkaca.
Sehingga, perhitungan akan eksekusi kisah harus dilakukan secara tepat guna terutama pengembangan kisah Mahabharata bila tak ingin jadi bumerang.
Meski begitu, keberlanjutan kisah epos yang akrab bagi masyarakat Nusantara ini patut untuk dinanti. Hanya saja, tak perlu ekspektasi terlalu tinggi agar bisa tetap menikmati kisahnya dengan nyaman dan menyenangkan.