Jakarta, CNN Indonesia --
House of the Dragon, serial prekuel dari Game of Thrones, telah menyelesaikan musim perdananya. Sesuai dengan judulnya, serial ini menyajikan lebih banyak naga dibandingkan serial orisinalnya.
Sebelum membicarakan soal naga-nagaan, mari bicara soal hal yang paling mencolok dari serial ini: kecepatan alur plot cerita.
Untuk satu musim yang terdiri dari 10 episode saja, sudah sekitar 20 tahun berlalu dalam peristiwa-perisitwa yang terjadi dalam House of the Dragon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya penonton dipertemukan dengan Rhaenyra Targaryen (Milly Alcock) dan Alicent Hightower (Emily Carey) kecil yang masih berusia belasan tahun. Keduanya mengisi masa kanak-kanak mereka menjadi sahabat tak terpisahkan sambil mempelajari cara menjalani sebuah kerajaan besar.
Masuk episode 6, penonton kemudian diperkenalkan dengan Emma D'Arcy dan Olivia Cooke yang menjadi Rhaenyra dan Alicent versi dewasa. Tapi, tidak hanya mereka berdua.
Beberapa karakter lainnya yang masih bocah juga mengalami perubahan aktor untuk menyesuaikan usia karena adanya lompatan linimasa.
Namun, karakter yang sudah "dewasa lebih dulu" tidak diganti, seperti karakter Viserys Targaryen (Paddy Considine), Daemon Targaryen (Matt Smith), Otto Hightower (Rhys Ifans), hingga Criston Cole (Fabien Frankel).
Perubahan-perubahan karakter ini terbilang cukup membingungkan. Sebagai yang tidak membaca versi buku karya George R.R. Martin dan semua karakter serba baru, saya butuh waktu untuk menghafal wajah, nama, dan asal klan para karakter ini.
Ketika saya perlahan sudah mulai menghafal siapa dari keluarga mana dan punya konflik apa, terjadilah lompatan waktu. Lalu terjadilah perubahan pemeran.
Saya mesti mulai lagi dari nol dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, seperti siapa mengantikan siapa, dia dari keluarga mana, apa yang terjadi dengan dia selama lompatan waktu?
[Gambas:Video CNN]
Lanjut ke sebelah...
Lompatan waktu yang terbilang tidak sebentar dan tidak hanya terjadi sekali ini pun juga membuat House of the Dragon jadi terasa sangat diburu-buru. Setiap episode menjadi padat dengan plot konflik.
Meski demikian, lompatan waktu ini juga bisa dipandang sebagai sesuatu yang baik. Konflik yang memicu klan Targaryen perang saudara, atau yang disebut sebagai Dance of the Dragons, terlihat di episode pemungkasnya.
Memang pada beberapa episode awalnya, House of the Dragon terasa sangat lambat sekali. Mungkin saja kalian menjadi salah satu yang berpikir, "Kapan, nih, perangnya?"
Itu semua karena Viserys disibukkan dengan keluarganya yang saling rebutan Iron Throne. Viserys sudah menamai Rhaenyra sebagai penerus takhta, tapi keluarga Hightower sibuk mencari cara agar anak Alicent bisa duduk di Iron Throne.
Jawaban dari pertanyaan tersebut benar-benar tersajikan beberapa episode sebelum terakhir. House of the Dragon baru terasa seru sekitar 2-3 episode terakhir, justru ketika para karakter sudah dewasa.
Klimaksnya tentu berada di episode terakhir yang berjudul The Black Queen. Emosi Rhaenyra akhirnya tersulut ketika salah satu putranya, Lucerys (Elliot Grihault), disantap oleh naga milik Aemond (Ewan Mitchell).
Bicara soal naga, House of the Dragon patut diacungi jempol dalam mendesain para naga tersebut. Naga-naga tersebut memiliki perbedaan yang signifikan sehingga mudah untuk dikenali.
Berdasarkan catatannya, ada 17 naga dalam serial tersebut. Namun, hanya ada beberapa naga yang mencolok.
Beberapa di antaranya adalah Syrax milik Rhaenyra, Caraxes milik Daemon, Meleys milik Rhaenys (Eve Best), hingga naga terbesar adalah Vhagar dengan Aemond sebagai penunggangnya.
Tidak heran lagi apabila musim selanjutnya akan lebih banyak naga yang akan tampil dan beraksi. Tidak hanya ketika Vhagar lepas kendari dari Aemond dan melahap mentah-mentah Lucerys dan naganya yang bernama Arrax.
House of the Dragon musim pertama sangat menjanjikan untuk diteruskan ke musim-musim berikutnya. Apalagi, benih-benih perang Dance of the Dragons akan dimulai.
[Gambas:Video CNN]