Review Film: The Banshees of Inisherin

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 08 Jan 2023 20:00 WIB
Review film: Lewat The Banshees of Inisherin, Martin McDonagh membuat penonton merasakan gejolak emosi yang intens, tapi tanpa banyak dramatisasi.
Review film: Lewat The Banshees of Inisherin, Martin McDonagh membuat penonton merasakan gejolak emosi yang intens, tapi tanpa banyak dramatisasi. (dok. Searchlight Pictures via IMDb)
img-title Endro Priherdityo
4
The Banshees of Inisherin sejatinya film yang patut masuk daftar rekomendasi film terbaik tapi bukan daftar favorit.
Jakarta, CNN Indonesia --

The Banshees of Inisherin mungkin termasuk film dengan kisah paling datar yang pernah saya saksikan. Meski begitu, karya lempeng dari Martin McDonagh ini entah bagaimana membuat saya bertahan hingga akhir cerita.

Kisah Martin McDonagh mengisahkan konflik sepasang sahabat, Pádraic Súilleabháin (Colin Farrell) dan Colm Doherty (Brendan Gleeson), yang sebenarnya dituturkan dengan cara yang begitu sederhana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saking sederhananya, bahkan sebenarnya cerita film ini tampak membosankan, persis seperti lingkungan latar lokasi cerita The Banshees of Inisherin ini berada.

Namun bila ditelisik lebih dalam, kisah konflik dua sahabat ini sebenarnya bisa terhubung dengan pengalaman banyak orang. Salah satunya adalah, ketika seseorang merasa tak bisa lagi sejalan dengan orang terdekatnya, entah sahabat ataupun pasangan.

Rasa 'perpisahan' itu bisa berarti disebabkan banyak hal, mulai dari perbedaan visi, keinginan, atau mungkin memang perubahan arah dan pengalaman kehidupan.

Meski begitu, perpisahan antar dua manusia itu tak selalu berujung damai. Seringkali pula, kedua manusia yang semula lekat bagai perangko kini bagai dua kutub magnet yang sama: saling menolak.

The Banshees of InisherinReview film: Lewat The Banshees of Inisherin, Martin McDonagh membuat penonton merasakan gejolak emosi yang intens, tapi tanpa banyak dramatisasi. (dok. Searchlight Pictures via IMDb)

Narasi konflik antar manusia yang semula rekat dalam film ini pun dikuatkan dengan simbolisme latar cerita yang digunakan McDonagh, yakni Perang Saudara Irlandia yang terjadi pada 1922-1923.

Perang itu sendiri dilatarbelakangi dari keinginan dua kubu yang berbeda di masyarakat Irlandia, satu ingin merdeka sepenuhnya, sedangkan yang lain masih ingin menjadi bagian dari persemakmuran Inggris.

Melalui konflik Pádraic dan Colm pula, McDonagh mengantar penonton menyelami segala emosi yang terjadi dalam konflik antar insan yang semula satu jiwa, mulai dari dingin, galau, suram, merana, horor, hingga sepoi hangat kerinduan.

Mood itu pun terbantu dengan latar lokasi yang sejujurnya saya bilang indah, tapi sungguh membosankan. Awan kelabu, angin kencang, sinar matahari yang langka, hingga suasana yang begitu sepi mendukung narasi utama film ini soal Pádraic dan Colm.

Namun saya mampu bertahan menghadapi suasana tersebut berkat sinematografi yang ciamik dari Ben Davis yang mampu menangkap keindahan di balik lingkungan membosankan pulau utara Eropa itu.

Belum lagi dari performa Colin Farrell dan Brendan Gleeson yang begitu sempurna membawakan karakter mereka masing-masing.

The Banshees of InisherinReview The Banshees of Inisherin:Colin Farrell mampu membawa penonton dari yang semula iba, kemudian kesal, hingga akhirnya memahami perubahan emosi juga tindakannya dalam film ini. (dok. Searchlight Pictures via IMDb)

Colin Farrell mampu membawa penonton dari yang semula iba, kemudian kesal, hingga akhirnya memahami perubahan emosi juga tindakannya dalam film ini. Begitu pula dengan Gleeson yang membuat kesal, tapi sekaligus masih bisa mengajak penonton empati kepadanya.

Hingga kemudian, saya yang semula merasa film ini begitu membosankan justru menikmati setiap tahap drama lempeng film ini. Apalagi ketika saya akhirnya bisa tertawa getir menerima dark jokes yang ditampilkan McDonagh, setelah sekian puluh menit film berjalan.

Ketika kredit akhirnya muncul, saya bisa memahami mengapa film ini memikat banyak kritikus film.

Lewat The Banshees of Inisherin, Martin McDonagh seolah membuat penonton ikut merasakan gejolak emosi yang sejatinya terasa intens, tapi tanpa banyak dramatisasi secara visual ataupun pelakonan. Bagi saya, itu adalah resep rahasia dari film ini.

Aspek emosional dengan dramatisasi yang tampil senatural mungkin hingga fokus pada esensi drama itu sendiri, yakni nilai humanisme dari manusia, adalah nilai unggul dari The Banshees of Inisherin.

Meski begitu, film yang sebenarnya bagus dan bermakna ini jelas bukan film yang akan saya tonton lagi dalam waktu dekat.

Selain daripada ceritanya yang lempeng dan masih teringat jelas, kesedihan di dalamnya terasa membuat saya terjebak dalam pulau Inisherin yang begitu menjemukan, seperti menghadapi Jakarta yang penuh kemacetan dan hujan juga mendung selama seminggu penuh.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER