Chairman HYBE yang menaungi BTS, Bang Si-hyuk buka suara setelah perusahaan yang ia pimpin membeli banyak saham SM Entertainment melalui kerja sama dengan Lee Soo-man.
"HYBE sepenuhnya sepakat dengan inisiatif strategis mantan Kepala Produser Lee, termasuk metaverse, sistem multi-label, dan kampanye visi berkelanjutan," kata Bang Si-hyuk dalam pernyataannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan memanfaatkan kemampuan dan sumber daya kami, HYBE akan semakin memperkuat kehadiran KPop di panggung global," lanjutnya.
HYBE resmi membeli saham SM Entertainment yang sebelumnya dipegang oleh Lee Soo-man, pendiri agensi Big 3 Korea tersebut. Kini, HYBE menguasai 14,8 persen yang senilai 422,8 miliar won atau setara Rp5 triliun.
Disebut Variety yang rilis Kamis (9/2) waktu AS, dengan pembelian itu, HYBE menjadi pemimpin di SM Entertainment karena menjadi pemegang saham terbesar yang sebelumnya dipegang Lee Soo-man dengan saham sekitar 18 persen.
Sebelum pembelian saham ini terjadi, HYBE dinilai sebagai pesaing dari SM Entertainment. Namun kemelut antara Lee Soo-man dengan manajemen SM membuat HYBE bisa menguasai rivalnya itu.
"Bang Si-hyuk dan mantan Kepala Produser SM Lee sama-sama menyetujui visi bersama untuk masa depan industri KPop, diikuti dengan penandatanganan perjanjian pembelian saham," tulis pengumuman HYBE, Jumat (10/2) waktu Asia.
Perjanjian antara HYBE dan Lee Soo-man ini bagai aksi 'balas dendam' Lee Soo-man setelah dirinya didepak dari SM Entertainment dan kemudian saham agensi itu dibeli Kakao pada awal pekan ini.
Pembelian saham oleh Kakao tersebut menjadikan mereka sebagai pemegang saham kedua terbesar SM dengan cakupan 9,05 persen atau senilai 217 miliar won.
Lee Soo-man pun menyebut tindakan tersebut ilegal lantaran ia dan SM sedang dalam kemelut.
"SM Entertainment saat ini sedang mengalami persaingan bisnis antara pemegang saham terbesar Lee Soo-man dan mitra aliasi yang berlindung dengan dana ekuitas swasta pemegang saham," pernyataan Lee Soo-man melalui firma hukum Hwawoo.
"Sehingga, itu merupakan langkah ilegal terhadap hukum komersial dan anggaran dasar dewan direksi SM untuk menerbitkan saham baru serta obligasi konversi kepada pihak ketiga."
Konflik ini bermula setelah Co-CEO SM Lee Sung-soo dan Tak Young-jun pada Jumat (3/2) mengumumkan perusahaan telah mengakhiri kontrak dengan produser Lee Soo-man dan menyusun cetak biru bab baru SM di bawah "SM 3.0."
SM 3.0 melibatkan pendirian lima pusat produksi yang berbeda dan label musik independen untuk mendiversifikasi produksi.
Sehingga, sistem tersebut benar-benar berbeda dari sistem yang dibangun Lee Soo-man selaku penanggung jawab semua proses produksi musik.
SM Entertainment yang didirikan oleh Lee Soo-man adalah bagian dari tiga agensi besar Korea Selatan alias Big 3 yang ikut membentuk industri KPop hingga bisa seperti saat ini.
(end)