Sama saja dengan yang terjadi dengan dialog-dialog yang diucapkan Hope van Dyne alias Wasp yang diperankan Evangeline Lilly. Tidak hanya dialognya, tapi keseluruhan peran Hope dalam Quantumania.
Wasp nyatanya tidak memiliki peran yang krusial sepanjang film, padahal namanya tersemat dalam judul Ant-Man and the Wasp: Quantumania. Ia hanya sekadar menjadi penyelamat Scott yang sedang dalam keadaan terpojok dan membantu ibunya, Janet van Dyne (Michelle Pfeiffer), yang terlibat dalam pusat konflik film tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping karakter dan dialog yang cacat di sana-sini, setidaknya saya menikmati peradaban di dalam Quantum Realm. Dunia di dalam sana tampak mirip dengan dunia yang biasa ditemui Star Wars; peradaban yang asing, transportasi yang canggih, makhluk dengan segala bentuk-bahkan ada makhluk dengan kepala brokoli, hingga bahasa yang sama sekali baru.
Di luar itu, tidak ada yang istimewa dari Quantumania selain, lagi-lagi, performa Jonathan Majors sebagai Kang the Conqueror yang bisa dinikmati.
Percayalah, penonton mesti menonton ulang film-film MCU yang berhubungan setelah menonton Quantumania. Karena, fase kelima MCU ini semakin ke sini semakin memusingkan karena plot ceritanya semakin bercabang dan panjang.
Juga, jangan lupa untuk tetap setia duduk di kursi hingga credit benar-benar habis. Dari film berdurasi 2 jam 5 menit ini, plot yang paling penting malah ditaruh benar-benar di paling akhir. Tepatnya di dua post-credits scene.
Ant-Man and the Wasp: Quantumania sebenarnya bisa dipangkas menjadi sesingkat-singkat dan sepadat-padatnya, serta bisa langsung ke inti permasalahannya tanpa mengulur-ulur dialog demi memperpanjang durasi.
Karena, motivasi dan konflik utama yang dinantikan malah bukan berada di dalam konflik utama film itu.