Di panggung yang terbilang kecil dibanding kapasitas sebenarnya dari National Stadium, Kiedis hilang secara berkala nyaris di tiap jeda lagu. Saya berbaik sangka ini karena stamina, bukan karena bad mood walau terasa demikian.
Kiedis sendiri kini berusia 60 tahun, seumuran dengan Flea. Sementara Chad Smith sudah 61 tahun, sedangkan Frusciante hanya beberapa tahun lebih muda dari mereka, 52 tahun.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun vokal Kiedies memang tetap apik. Ekspektasi saya pun rasanya tak terlalu berlebihan dengan berharap ia punya energi seperti aksi panggungnya yang kerap saya lihat di layar kaca.
Kiedis rasanya hanya dua kali menyapa penonton malam itu. Di antaranya ketika ia bertanya, "Do you want to go fast or slow?"
Untungnya, Flea tetap energik dan "gila". Rambutnya tetap warna-warni, tampil telanjang dada sejak awal hingga akhir. Ia sungguh tak tampak menua, tak berubah.
Panggung tetap tampak seperti arena bermain bagi pria kepala enam itu. Duetnya dengan Frusciante hampir selalu mengisi kekosongan kala Anthony Kiedis menghilang. Ia tampak tak terpengaruh, dan saya pun tak keberatan. It was magical to see them jamming.
![]() |
Flea pula sosok yang lebih banyak menyapa fans sambil membanyol.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada band pembuka kami, sayangnya tidak ada band pembuka," kata Flea disambut gelak tawa penonton teringat Post Malone tampil sebagai pembuka di Australia dan Selandia Baru.
Saya baru kali ini menyaksikan mereka secara langsung. Namun dari konser-konser mereka yang saya lihat di MTV, dokumenter, dan YouTube, Flea selalu jadi mesin yang membuat panggung live RHCP lebih hidup.
Gaya Flea di atas panggung itu juga sempat jadi pembahasan saat wawancaranya dengan 60 Minutes.
"Itu waktu yang sakral buat saya. Jadi saat saya naik ke panggung, saya akan memberikan semua yang saya bisa, apapun yang terjadi," ujarnya.
![]() |
Pada malam di Singapura kemarin pula, Flea jadi perekat RCHP dengan penonton alias fans mereka. Tak seperti kebanyakan frontman, Kiedis memang tak banyak bicara dan berkomunikasi dengan penonton. Flea lah yang melakukannya.
Mungkin hal ini pula yang jadi alasan anak band dekade '90-an mengidolakan Flea dan menempelkan posternya di kamar. He was just that awesome!
Di jeda yang kesekian kalinya, tepat sebelum encore, kamera di layar panggung menangkap keriaan di dalam stadium yang memang tak penuh malam itu.
Fans Thailand membawakan bendera, termasuk juga penonton dari beberapa negara tetangga Singapura. RHCP memang hanya menyinggahi Singapura di Asia Tenggara setelah Australia, lalu lanjut ke Jepang.
Lihat Juga : |
Tak sampai dua jam, meski belum puas dan berharap belum selesai secepat itu, konser ditutup dengan I Could Have Lied lalu Give it Away.
Pada saat menit-menit terakhir pun, Kiedis bahkan tak merasa perlu mengucapkan selamat tinggal kepada penonton. Lagi-lagi, Flea yang melakukannya.
"Singapura, all of my love, all of my gratitude, thank you so much." ucap Flea.
Penonton bubar, beberapa sambil bernyanyi bersama menyimpan kecewa atas Under the Bridge yang tak hadir malam itu.
At least I have her love, the city she loves me
Lonely as I am, together we cry...