Masih ingat dengan sensasi melihat Searching pada 2018? Bila iya, maka Missing tak akan membuat Anda 'hilang' tersesat. Meski begitu, jangan keburu ambil kesimpulan.
Missing menegaskan bagaimana kreator Searching, Aneesh Chaganty dan Sev Ohanian, begitu cerdas dalam meracik cerita yang menegangkan tanpa banyak laga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chaganty dan Ohanian memang tak terlibat langsung dalam Missing. Dalam standalone sequel dari Searching ini, duo tersebut bertindak sebagai produser.
Di bawah pengawasan Chaganty dan Ohanian, Missing sungguh bisa menjadi sebuah cerita tersendiri tanpa terhubung langsung dengan pendahulunya tapi tak menghilangkan ciri khas dari Searching.
Lima tahun yang lalu, Searching menjadi pembahasan banyak kritikus dan penikmat film karena mampu membawa penonton begitu hanyut dalam film yang terlihat 'minim modal'.
Namun memang Searching punya modal yang terbilang minim dibanding film Hollywood lainnya, 'cuma' US$880 ribu, tapi sanggup mendulang box office US$75,6 juta.
![]() |
Situasi 'minim modal' itu juga terlihat dari cerita yang berkutat dengan screenshot dan screen recording aplikasi-aplikasi di gawai. Terutama, fungsi luar biasanya yang mungkin tak banyak orang tahu.
Kini, Missing masih mengikuti jejak tersebut. Hanya saja, bujet produksi jelas terlihat ditambah mengikuti latar cerita yang meluas.
Pengembangan cerita itu juga dibarengi dengan perkembangan teknologi yang ditampilkan dalam film ini. Melihat Missing membuat saya menyadari, betapa teknologi bisa begitu berkembang hanya dalam lima tahun.
Fungsi mendalam dari akun Google, ditambah dengan aplikasi kencan dan kisah 'seram' yang menyertainya, serta tren streaming jelas jadi pembeda antara Missing dengan kakaknya.
Meski begitu, harus diakui bahwa Missing terasa tak memiliki kisah seikonis Searching. Mungkin lantaran penonton Missing yang biasanya adalah penonton pendahulunya, sudah paham bagaimana plot cerita akan berjalan.
Sejak awal pun, penulis Will Merrick dan Nick Johnson yang juga sutradara Missing seolah menggoda penonton dengan menampilkan penokohan dan bagian cerita yang mirip dengan Searching.
Sehingga wajar rasanya penonton akan langsung menebak apa yang bakal terjadi dari ceritanya, pelakunya, dan kelanjutannya. Namun di sinilah permainan dari Chaganty, Ohanian, Merrick, dan Johnson dimulai.
Alur cerita yang mirip pendahulunya seolah membuat penonton hanyut, hingga kemudian pasrah tak menduga ketika kuartet itu mempermainkan otak penonton dengan kejutan demi kejutan alur cerita.
Bila Searching dikenal dengan twist yang tak dinyana, Missing bahkan memutar lagi twist tersebut. Double twist! Mereka berempat seolah mengejek penonton Searching yang merasa bisa tahu apa yang akan terjadi.
Terlepas dari itu, usaha Missing untuk mempermainkan twist dalam film ini memang sudah sepatutnya dilakukan. Selain sebagai 'ciri' dari Searching, permainan twist juga berfungsi sebagai usaha agar saga ini tak ditinggal penontonnya.
Namun situasi itu jelas akan jadi tantangan dan tuntutan bagi Chaganty dan Ohanian untuk memikirkan bagaimana melanjutkan kisah Searching setelah Missing.
Sehingga, mungkin akan terasa wajar bila kelanjutan kisah ini bakal muncul lima tahun lagi, lengkap dengan perkembangan teknologi yang entah akan seperti apa.