Jakarta, CNN Indonesia --
Hok ya! Hok ya!
Di antara ingar-bingar musik, terdengar teriakan sahut-sahutan antara laki-laki dan perempuan dari sebuah pelataran pada suatu siang di pertengahan Januari 2023. Rupanya Cak Sodiq sang pentolan Orkes Melayu (OM) New Monata sedang latihan bersama para biduannya di kediaman di daerah Pasuruan, Jawa Timur.
Satu per satu lagu dangdut lintas generasi dibawakan oleh New Monata, mulai dari tembang milik mendiang Meggy Z hingga lagu kebanggaan milik Cak Sodiq sendiri, Numpak RX King.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Cak Sodiq mungkin sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya Raya. Ia tak hanya dikenal sebagai pria berambut gimbal dengan suara menggelegar, tapi juga dianggap sebagai salah satu sosok yang lekat dengan kelahiran koplo -- musik yang identik dengan irama cepat, penuh bunyi tetabuhan gendang, dan sengakkan khas.
Pada serial artikel di liputan khusus kali ini, CNN Indonesia berbincang dengan Cak Sodiq dan banyak lagi musisi lainnya tentang Koplo yang kini telah menjadi salah satu aliran musik yang tak lagi bisa dipandang sebelah mata.
Sebagaimana dangdut, koplo kini hadir di mana-mana, mulai dari hajatan, klub malam, hingga festival musik kekinian.
 Warga yang tengah bergoyang sembari diiringi dangdut koplo di suatu hajatan di Yogyakarta. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim) |
Kelahiran koplo
Cerita soal kelahiran koplo dimulai ketika kafe dan tempat karaoke dangdut sedang tumbuh dengan subur di Surabaya pada era 1990-an. Tepatnya terpusat di gang Dolly, area prostitusi terbesar di Asia Tenggara pada masanya.
Tempat-tempat tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat untuk berpesta, acap kali sambil menenggak pil koplo -- pil psikotropika terlarang yang memang sering beredar di pusat-pusat hiburan malam.
Untuk mendapatkan sensasi berpesta yang lebih, lagu-lagu dangdut klasik dianggap tak lagi cukup dan membosankan. Dangdut kemudian dirombak total dengan permainan kendang yang mereplikasi ketukan cepat ala house music.
Jenis musik inilah yang kemudian jadi cikal bakal koplo.
 Cak Sodiq dan OM Monata tengah latihan memainkan musik dangdut koplo di Surabaya. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim) |
Menurut Cak Sodiq, koplo lahir dari ketukan chalte ala India. Pada akhir era 90-an, para pemain kendang di Surabaya menggubah ulang permainan kendang itu menjadi lebih rapat dan cepat. Ketukan chalte ¾ yang cenderung pelan dan mendayu, dirombak menjadi ketukan 4/4 yang lebih cepat.
Gubahan ketukan kendang itu, kata Cak Sodiq, dilakukan untuk melancarkan efek pil koplo yang saat itu beredar dengan masif di Surabaya. Efek dari pil koplo yang membuat penggunanya menjadi setengah sadar memaksa mereka terus berjoget tanpa henti.
"Pas itu, (Gang) Dolly masih ramai-ramainya. Istilahnya, di Surabaya waktu itu dari kafe ke kafe masih banyak sekali. Zamannya pil koplo kalau enggak salah," kenang Cak Sodiq.
"Nah, pas itu sering sekali ada celetukan dari anak-anak, 'Koploan, eh, ayo, koplo!'" sambungnya yang bermaksud ajakan untuk berpesta sambil menenggak pil koplo.
[Gambas:Video CNN]
Lanjut ke sebelah...
Cerita Cak Sodiq itu juga selaras dengan yang diungkapkan oleh Andrew N. Weintraub dalam buku Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (2012). Ia menjelaskan bahwa koplo, yang merupakan produk dangdut daerah, semakin menambah sensasi dari para penenggak pil koplo yang berpesta.
Hasrat untuk berpesta itu juga disebabkan oleh euforia masyarakat pascaera Soeharto yang dikenal sebagai "zaman edan". Sehingga, Weintraub menilai ekspresi ini sebagai zaman "penuh goncangan dan kekacauan, tapi juga sarat energi dan harapan".
Selain itu, Weintraub juga menjelaskan bahwa koplo merupakan interpretasi ulang dari permainan kendang jaipongan dari Jawa Barat. Para musisi dangdut di Surabaya dan Jawa Timur mengaku meminjam permainan musik jaipongan yang mereka dapatkan dari VCD bajakan yang masuk ke daerah mereka.
Interpretasi itu kemudian melebur sehingga menciptakan pola permainan kendang dangdut yang lebih rancak yang disebut dengan senggakan.
 Biduan Githa Gusmania manggung dan menerima saweran dari penonton di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Senggakan
Denis Setiaji, etnomusikolog dari ISI Surakarta, menjelaskan bahwa senggakan tidak lahir bersamaan dengan koplo. Senggakan lahir setelah adanya koplo.
Meski demikian, senggakan kini menjadi salah satu elemen yang tidak terpisahkan dari koplo. Ketika dangdut koplo menyesuaikan diri dengan jenis musik yang diterima di daerah tertentu --misalnya di Indramayu, Jogjakarta, atau Surabaya-- senggakan tetap jadi benang merah.
Hingga pada akhirnya senggakan pun menaikkan popularitas koplo ke seluruh penjuru negeri, terutama di tanah Jawa.
Popularitas koplo dengan mudah tersebar dan diterima karena tujuan senggakan itu tercapai, yaitu agar panggung musik lebih meriah. Juga, terciptanya interaksi yang dilempar oleh pemain musik yang disahut oleh para penonton.
"Biasanya kan kalau senggakan itu konsepnya ujar-ujaran yang bermakna atau pun tidak bermakna, yang mengikuti kendangan untuk meramaikan satu sajian gending di karawitan," jelas Denis kepada CNNIndonesia.com di Solo, Jawa Tengah.
"(Senggakan) itu juga disukai oleh penikmat, penonton. Sambil joget dia menirukan senggakan itu dengan gerakan-gerakannya," tambahnya.
 Cak Sodiq dengan OM Monata merupakan salah satu musisi dangdut koplo paling tenar di Jawa Timur. CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim |
Pola senggakan yang mampu "menyihir" penonton agar lebih asyik menikmati musik dangdut, dan juga dangdut koplo, kemudian juga dipakai dan dipraktekkan oleh berbagai musisi, khususnya para musisi di belahan Jawa lainnya.
Misalnya saja NDX AKA, duo hip hop dangdut asal Imogiri, Yogyakarta.
Yonanda Frisna Damara yang merupakan pelopor NDX AKA membenarkan bahwa senggakan dan koplo perlu digunakan dalam musik mereka agar memberikan suntikan semangat, baik kepada penonton dan juga musisinya.
"(Koplo menjadi) variasi dalam musik. Senggakan itu bisa memeriahkan musiknya jadi lebih hidup, lebih berwarna, enggak monoton," kata Nanda.
"Dan ketika dibawakan live, senggakan menjadikan penonton dan penyanyinya semangat."