
Review Serial: The Last of Us

Terlepas dari ending yang sebenarnya membuat banyak tanya dalam benak, The Last of Us Season 1 sebenarnya menjadi serial yang sungguh menarik di awal 2023.
Kreator Craig Mazin dan Neil Druckmann jelas mewujudkan gim berzombi tersebut dalam dunia nyata dengan jiwa dan karakternya sendiri, tanpa harus ekstrem berbeda dari asalnya.
Terutama bagi masyarakat Indonesia, serial ini mungkin akan memiliki daya tarik tersendiri mengingat aktris legendaris Christine Hakim didaulat untuk ikut terlibat.
Bukan hanya sekadar melibatkan aktris legendaris dari negara yang kini menjadi salah satu pasar besar Hollywood, latar ibu kotanya pun ikut diangkat. Meskipun, dalam beberapa detail tampaknya tim produksi jelas kurang riset dan teliti.
Namun biarkanlah, namanya juga orang bule. Kekurangan Episode 2 itu masih bisa tertutupi dengan Christine Hakim, batik, bahasa Indonesia, dan warteg yang masuk serial unggulan HBO.
![]() |
Setelah itu, serial ini menampilkan cerita humanis yang sungguh menyentuh. Seperti pada Episode 3 kisah antara Frank dan Bill, dilema yang dihadapi kakak-adik Henry dan Sam di Episode 5, atau ketika pertengkaran Joel dan Ellie di Episode 6.
Meski banyak menonjolkan cerita yang lebih humanis dibanding stigma yang dimiliki gim ini, Mazin dan Druckmann masih menampilkan berbagai kebrutalan juga kisah menegangkan dalam serial The Last of Us.
Hal itu terlihat pada Episode 8 yang harus saya akui lebih meneror dan bikin tercekat dibanding versi gimnya. Atau ketika Episode 1 saat wabah mulai muncul, dikejar infected saat Episode 2, dan ribuan monster keluar dari bawah tanah pada Episode 5.
Terkait cerita, saya sungguh angkat topi untuk Craig Mazin dan Neil Druckmann yang turut menyisipkan beragam pesan sosial dalam serial dari gim ini, seperti ketimpangan sosial, keserakahan dan ketidakadilan, hingga cinta tanpa pandang bulu.
Mungkin itu juga yang membuat orang tanpa pengalaman bermain gim bernama sama ini masih bisa terhubung pada sebagian atau beberapa bagian cerita. Apalagi, serial ini tayang tepat selepas pandemi Covid-19 mereda di berbagai dunia.
![]() |
Selain dari cerita yang terasa segar tapi juga akrab dalam waktu yang bersamaan, hal yang paling patut dipuji dari serial ini adalah tim desain produksi terutama tim rias dan kostum.
Jelas bukan perkara mudah membuat bentuk monster dalam gim The Last of Us di dunia nyata. Mereka harus mengerikan, menjijikkan, tapi mengundang iba pada waktu yang sama.
Duet Barrie dan Sarah Gower yang bertanggung jawab akan prostetik para infected bagi saya adalah orang yang wajib mendapatkan piala Emmy pada musim mendatang.
Mereka berhasil menampilkan para infected, terutama Bloater, yang sungguh membuat bulu roma merinding. Belum lagi dengan segala bagian jamur yang menjalar ke mana-mana. Ampun deh.
Sehingga akan terasa aneh dan mengecewakan bila The Last of Us tak mendapatkan apresiasi dari segi aspek kreatif, seperti desain produksi, sinematografi, dan tata rias juga kostum.
![]() |
Namun kualitas akting para pemainnya juga patut diacungi jempol. Selain Christine Hakim yang tak perlu diragukan, Bella Ramsey dan Pedro Pascal yang namanya makin meroket berkat serial ini jelas patut diperhitungkan.
Mereka berdua dan karakternya, Ellie dan Joel, seolah tumbuh dan dekat secara alami seiring dengan episode berjalan. Mereka berkembang secara karakter cerita, begitu pula dengan kualitas akting keduanya.
Hal itu pula yang membuat perjalanan The Last of Us menjadi amat menarik untuk diikuti setiap pekannya. Meski begitu, serial ini juga tak lepas dari kekurangan.
Mungkin catatan dari saya untuk serial ini adalah bagaimana duet kreator menentukan ending dari tiap episode, terutama Episode 9.
Nyaris ending di tiap episode akan menimbulkan pertanyaan bingung hingga kesal karena merasa ada yang belum beres dari cerita di episode tersebut. Saya pun sejujurnya hanya puas pada ending Episode 3 dan 8.
Namun mungkin memang itulah strategi dari duo Craig Mazin dan Neil Druckmann yang jelas-jelas meminta penonton untuk bersabar menantikan The Last of Us Season 2. Entah berapa lama lagi.
[Gambas:Video CNN]