Book Depository Akan Tutup April 2023 Setelah Berdiri 19 Tahun
Book Depository, salah satu toko buku online yang menawarkan pengiriman global, akan tutup akhir April 2023. Toko buku online itu sudah berdiri sejak 2004 dan berbasis di Inggris. Namun, mereka sudah diakuisisi Amazon sejak Juli 2011.
Hingga hampir 12 tahun kemudian, Book Depository dikonfirmasi bakal ditutup, tak lama setelah Amazon mengumumkan telah memutuskan untuk "menghilangkan" beberapa posisi di bisnis Devices and Books.
Berdasarkan pemberitaan The Guardian yang mengutip Bookseller pada Selasa (4/4), kabar itu diketahui lewat email yang dikirimkan kepada para vendor dan mitra penerbit.
"Book Depository akan ditutup dan pelanggan masih bisa memesan terakhir kali pada 26 April," tulisan di email tersebut.
"Selama beberapa pekan mendatang, kami akan menyelesaikan bisnis, termasuk menghentikan daftar sebagai penjual dan menutup web kami," keterangan Kepala Manajemen Vendor Andy Chart.
Dalam kesempatan itu, Andy Chart juga berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung Book Depository, mulai dari vendor, mitra penerbit, terutama pelanggan selama ini.
Menurutnya, kemitraan suportif semua pihak membantu mereka dalam membuat buku lebih mudah diakses oleh lebih banyak pembaca di seluruh dunia.
Book Depository merupakan toko buku online yang menawarkan pengiriman global. Tak hanya itu, mereka juga selama ini memberikan layanan gratis ongkos kirim, termasuk ke Indonesia.
Penutupan Book Depository menjadi bagian pemotongan bisnis yang lebih luas dari Amazon selama beberapa waktu terakhir.
Perusahaan multinasional teknologi dan e-commerce asal Amerika Serikat kini total telah memecat 27 ribu karyawan hanya dalam beberapa bulan terakhir atau sekitar 9 persen dari total 300 ribu tenaga kerjanya yang tersebar di berbagai negara di dunia.
Dalam sebuah memo kepada para stafnya, CEO Amazon, Andy Jassy, mengatakan keputusan PHK ini berasal dari analisis prioritas dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.
"Beberapa orang mungkin bertanya mengapa kami tidak mengumumkan pengurangan peran ini dengan yang kami umumkan beberapa bulan lalu," katanya.
"Jawaban singkatnya adalah tidak semua tim menyelesaikan analisis mereka di akhir musim gugur. Mengingat ketidakpastian ekonomi tempat kami tinggal dan ketidakpastian yang ada dalam waktu dekat, kami memilih untuk lebih merampingkan biaya operasional dan jumlah karyawan kami," ucapnya lagi.
Gelombang PHK terbaru berfokus pada divisi cloud dan periklanan Amazon yang selama ini menjadi salah satu pundi-pundi keuntungan perusahaan.
Pengurangan tenaga kerja juga akan terjadi pada unit streaming Amazon, Twitch, setelah gelombang PHK pertama pada November lalu yang berfokus pada perangkat perusahaan, e-commerce, dan divisi sumber daya manusia.
Dikutip Reuters, Amazon akan merampungkan daftar yang akan terkena PHK pada April ini.
(chri)