Sepasang pasang gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) Grebeg Syawal 1444 H/1956 Tahun Ehe ludes diperebutkan pengunjung di Keraton Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (25/4).
Gunungan setinggi hampir tiga meter itu ludes dalam waktu kurang dari lima menit.
Gunungan estri terbuat dari rengginang dan makanan siap santap. Bentuknya melebar, bagian atasnya melengkung. Sedangkan gunungan jaler terbuat dari bermacam sayuran mentah terutama kacang panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti banyak hal dalam tradisi Jawa, gunungan memiliki makna simbolis. Pengageng Parentah Keraton KGPH Dipokusumo menjelaskan gunungan terbuat dari hasil bumi.
Dalam budaya Jawa, hasil bumi dibagi menjadi pala kependem (terkubur), pala kesampar (tergeletak di tanah), dan pala gumantung (tergantung di pohon).
"Jadi sebagai orang Jawa, kita harus harus mengambil pelajaran dari masa lalu, berjuang untuk kehidupan yang sekarang kita jalani, dan memiliki harapan di masa depan," katanya.
Adanya gunungan jaler dan estri juga memiliki arti tersendiri. Dipo menjelaskan sepasang gunungan itu melambangkan keharmonisan dan keseimbangan di alam semesta.
"Segala sesuatu kan selalu berpasangan. Ada siang dan malam, panas dan dingin, dan lain sebagainya. Dua-duanya harus ada dalam kadar yang seimbang," terang adik Pakubuwana XIII itu.
Prosesi Grebeg dimulai dari pelataran di dalam area Kedhaton di mana puluhan prajurit dari berbagai bregada berbaris untuk mengawal gunungan. Mereka menghadap SISKS Pakubuwana XIII Hangabehi yang duduk bersama Prameswari di Bangsal Maligi.
Arak-arakan pun berangkat menuju Masjid Agung Keraton Surakarta setelah mendapat pangestu (restu) dari Pakubuwana XIII. Selain Gunungan jaler dan estri, prajurit juga mengawal dua gunungan anakan dan enam pasang ancak cantaka atau kotak kayu berisi makanan dan jajanan pasar.
Sampai di Masjid Agung, dua gunungan didoakan Abdi Dalem Tafsir Anom, KRAT Moh. Muhtarom yang juga Ketua Takmir Masjid Agung.
Usai didoakan, warga dan wisatawan yang berada di area masjid langsung menyerbu gunungan jaler yang berada di halaman masjid. Dalam hitungan menit sayuran yang menempel di gunungan tersebut ludes menjadi rebutan menyisakan kerangka bambu.
Sementara gunungan estri dibawa kembali ke depan Kori Kamandungan di mana warga dan wisatawan sudah lama menanti. Mereka langsung berebut rengginang di gunungan tersebut. Seperti gunungan jaler, gunungan estri ludes dalam dalam hitungan menit.
![]() |
Salah satu pengunjung asal Jakarta, Anin mengaku awalnya ia berkunjung ke Keraton Surakarta sekadar mengisi waktu setelah berkunjung ke rumah keluarganya di Karanganyar. Ia tidak tahu akan ada Grebeg Syawal di Keraton Surakarta.
"Terus tadi dikasih tahu kalau ada ini. Katanya nanti rebutan gunungan. Ya udah, saya ikut aja," katanya.
Ia ikut berebut gunungan estri di depan Kori Kamandungan. Perempuan 21 tahun itu berhasil mendapatkan beberapa cuil rengginang.
"Nanti mau aku bawa pulang, mau aku pamerin ke mama," ucapnya.
(syd/kid)