Jakarta, CNN Indonesia --
Fast X berupaya menjawab keluhan penggemar dengan menyuguhkan adegan laga yang lebih membumi. Namun, film ini tetap kesulitan menahan diri sehingga ada banyak bagian yang masih terlalu hiperbolis dan menerobos batas wajar.
Saya sudah berusaha mengatur ekspektasi dan sedikit menyingkirkan nalar sebelum cerita dimulai. Ingatan saya masih segar ketika melihat adegan-adegan 'ajaib' dari seri lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebut saja momen Dom dan Brian menyeberangi menara pencakar langit dengan mobil di Furious 7 (2015), atau Tej dan Roman yang mengemudikan mobil hingga ke luar angkasa di F9 (2021).
Keputusan untuk cuek dengan urusan logika itu pun cukup tepat. Saya harus mengakui Fast X penuh hiburan dengan segudang adegan laga yang gila-gilaan.
Louis Leterrier yang menggantikan Justin Lim sebagai sang sutradara berhasil menerjemahkan naskah dengan apik. Ia jor-joran dalam menggelontorkan elemen laga lewat adu tembak, kejar-kejaran mobil, hingga flexing alat canggih.
Saya sempat terbuai dengan adegan laga yang menghibur itu, hingga kemudian sadar bahwa cerita film ini jauh dari kata bagus.
 Review film: Fast X dibintangi oleh jajaran ensambel kelas elite sehingga cukup menyelamatkan cerita.: (Universal Picture/Peter Mountain via IMDb) |
Leterrier gagal memenuhi ekspektasi untuk urusan cerita. Ia sama seperti saya atau penonton lainnya, mengabaikan plot dan justru asyik bermain-main dengan adegan laga yang bombastis.
Beberapa bagian cerita seolah tidak mengindahkan logika atau menjaga agar cerita tetap runut. Hasilnya, saya tidak meresapi motif yang kuat di balik langkah atau keputusan masing-masing karakter.
Imbas lain dari buruknya kualitas cerita adalah beberapa adegan yang berujung hiperbolis serta tidak masuk akal. Bentuknya memang tak separah yang lalu, tetapi adegan itu ternyata masih membuat terusik.
Salah satu yang masih terngiang-ngiang adalah adegan Dom mengajarkan cara melakukan drift kepada anaknya, Brian Marcos, yang terlihat belum genap 10 tahun. Atau ketika Dom berhasil menjatuhkan dua helikopter dengan tarikan gas mobil Camaro miliknya.
Beruntung, Fast X dibintangi oleh jajaran ensambel kelas elite sehingga cukup menyelamatkan cerita. Chemistry antar karakter utama tak perlu diragukan lagi mengingat mereka sudah bersama sejak bertahun-tahun.
Hubungan Dom dan Letty yang semakin matang begitu terasa, terlebih sejak mereka membesarkan Brian Marcos. Dom Toretto yang gahar juga tak jarang menunjukkan sisi rapuh lewat adegan ayah-anak bersama Brian alias Little B.
Lanjut ke sebelah..
[Gambas:Video CNN]
Interaksi karakter lain seperti Roman dan Tej yang komikal, ditambah Han serta Ramsey semakin mewarnai dinamika 'keluarga' itu.
Namun, pesona paling menyita perhatian justru datang dari Jason Momoa yang berperan sebagai Dante Reyes, musuh terbaru Dom. Sosok Dante Reyes yang eksentrik sekaligus gila itu begitu cocok diperankan oleh Jason.
Ia nyaris tanpa cela bahkan begitu mendominasi ketika menjelma sebagai Dante. Nyawa film ini baru bisa terasa setiap kali Dante muncul dengan rencana gila karena obsesinya terhadap Dom.
Bahkan, saya rasa Dante Reyes layak dinobatkan sebagai salah satu villain Fast & Furious Saga yang paling menarik dan berhasil menyelamatkan Fast X dari jurang kebosanan.
Ia muncul hanya untuk satu tujuan: membuat kekacauan dengan cara paling gila yang bisa dilakukan. Tentu saja, cara itu berhasil membuat saya dan sebagian besar orang terhibur.
Apresiasi juga perlu diberikan kepada Jakob Toretto. John Cena menawarkan kesegaran yang berbeda ketika muncul sebagai 'babysitter' Little B. Sayangnya, Dante dan Jakob tidak mendapat kesempatan untuk berbagi layar dalam waktu yang lebih lama.
 Review film: Dante Reyes (Jason Momoa) layak dinobatkan sebagai salah satu villain Fast & Furious Saga yang paling menarik dan berhasil menyelamatkan Fast X dari jurang kebosanan. (Universal Picture/Giulia Parmigiani via IMDb) |
Saya juga merasa Leterrier sedang membangun plot besar untuk mengakhiri saga ini. Ia melakukan segala cara untuk itu, termasuk menyatukan hampir semua karakter penting untuk melawan Dante.
Sesungguhnya ada rasa janggal ketika melihat satu demi satu villain akhirnya berkawan dengan Dom. Sebab proses di baliknya terasa begitu cepat, seolah mengabaikan kesan emosional yang sudah dibangun dari cerita terdahulu.
Narasi tersebut pada akhirnya hanya dapat dibela dengan alasan nostalgia saja. Fast X seolah tidak ingin melewatkan kesempatan menyatukan karakter ikonis dari saga tersebut dalam satu layar.
Menyatukan aktor kelas elite yang pernah muncul di saga Fast & Furious ini, bagi saya, jelas merupakan aji mumpung dari produser. Fast X seolah menjadi isyarat bahwa dua-tiga film penutup saga mendatang akan lebih megah dan ambisius.
Hal itu diperjelas dengan kedatangan dua karakter ikonis pada ujung cerita serta post-credits scene, yang lagi-lagi menimbulkan kernyit di dahi karena sulit dicerna logika.
Namun, apalah arti cerita dan logika jika waralaba ini tetap laris di pasaran berkat adegan laga 'popcorn' yang begitu menghibur. Deretan film terdahulu juga tetap mendulang box office hingga triliunan rupiah meski penuh adegan ajaib di luar nalar.
Saya menilai saga ini masih akan tetap dinanti hingga benar-benar berakhir, setidaknya bagi penggemar yang mengikuti perjalanan Dom selama ini.
Bahkan dengan isyarat yang dilempar lewat Fast X, Louis Leterrier bisa jadi sedang menyiapkan akhir cerita Fast & Furious Saga yang sama ambisiusnya dengan Avengers: Endgame milik Marvel Studios.
[Gambas:Youtube]