RUNTAI

Memori Janji Waktu Subuh Antara Indro dan Dono Warkop DKI

Muhammad Feraldi Hifzurahman | CNN Indonesia
Selasa, 23 Mei 2023 17:40 WIB
Indro masih ingat jelas bagaimana detik-detik terakhir ia berkomunikasi dengan 'abang' terakhirnya di Warkop DKI, Wahjoe Sardono alias Dono.
Indro masih ingat jelas bagaimana detik-detik terakhir ia berkomunikasi dengan 'abang' terakhirnya di Warkop DKI, Wahjoe Sardono alias Dono. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Indro teringat Andika Aria Sena, anak sulung Dono yang masih berusia sekitar 17 tahun. Selain Andika, Dono juga memiliki dua anak lainnya dari Titi Kusumawardhani yang meninggal karena kanker pada Agustus 1999. Dua anak Dono yang lain itu adalah Damar Canggih Wicaksono dan Satrio Sarwo Trengginas.

"Apa bisa sukses anak-anak saya? Apa bisa hidup dengan layak anak-anak saya?" tanya Dono lirih.

Indro terdiam sejenak. Ia paham betul gejolak yang dirasakan Dono. Mereka sudah melewatkan berbagai tawaran materi menggiurkan semasa merengkuh popularitas berdekade lalu, atas nama idealisme.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah jadi kesepakatan Kasino, Dono, dan Indro, bahwa Warkop DKI adalah lembaga independen yang terbebas dari politik, meski banyak partai-partai mengimingi-imingi mereka ratusan juta rupiah demi mau ikut berkampanye.

Apalagi, kini Indro sudah berkeluarga dan memiliki anak. Tak ada yang paling diinginkan seorang kepala keluarga selain menyediakan kehidupan yang layak untuk keluarga dan keturunannya.

Entah dari mana asalnya dorongan itu, Indro membuka mulutnya.

Runtai Indro WarkopIndro masih ingat jelas bagaimana detik-detik terakhir ia berkomunikasi dengan 'abang' terakhirnya di Warkop DKI, Wahjoe Sardono alias Dono. (dok. Indro Warkop)

"Lu mesti percaya Tuhan Maha Memelihara juga," kata Indro perlahan dan diam sesaat. "Tapi Mas Don, gue sebagai teman lo, adek lo, sahabat lo, gue enggak akan diam,"

Indro sendiri pun sebenarnya tak yakin apa yang akan terjadi bila ia sungguh menjadi yang tersisa dari grup itu. Apakah ia sungguh bisa bertahan mengingat mereka selalu bertiga bersama tiga dekade?

Apalagi, keluarga Dono sebenarnya banyak yang merupakan akademisi. Jadi semestinya, anak-anak Dono juga tak akan terlantar. Namun apalah arti kebersamaan Warkop DKI selama ini? Apakah itu hanya ada saat mereka sukses?

"Tapi kalau itu terjadi..." Indro melanjutkan.

"Hal yang perlu dan terjadi, aku cangcut [turun tangan]. Dan aku janji anakmu akan makan seperti anak saya makan, anakmu akan sekolah seperti anak saya sekolah. Saya janji itu." kata Indro.

Entah apa Dono benar-benar menangkap dan memahami ucapan Indro di waktu subuh itu. Yang jelas, tak lama kemudian Dono jatuh ke fase kritis.



Tim dokter bergegas berusaha mengangkat kondisi Dono yang terus turun tak sadarkan diri. Kantung transfusi darah dihabiskan untuk memberikan sokongan ke kondisi Dono.

Tim medis mengatakan akar jalar tumor yang menjadi kanker itu mengeluarkan cairan dan mengganggu jalannya pernapasan Dono.

Kondisi Dono sempat membaik, tapi ia kembali koma pada pukul 9.00 WIB dan satu jam kemudian. Total, tiga kantung darah sudah dihabiskan untuk mendongkrak kondisi Dono. Namun, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, Tuhan lah yang menentukan.

Drs. H. Wahjoe Sardono, M.S meninggal dunia pada usia 50 tahun, Minggu, 30 Desember 2001, pukul 00.50 WIB di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

Indro pun kembali harus mengantarkan sahabatnya seumur hidup ke peristirahatan terakhir, setelah Kasino pada 1997. Dono dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Runtai Indro WarkopNama besar Warkop DKI rampung Indro serahkan kepada anak-anaknya dan anak-anak Kasino dan Dono dalam naungan Lembaga Warkop DKI. (dok. Indro Warkop)

Suara sayup-sayup motor memecah suasana hening saat Indro mengisahkan momen-momen terakhirnya bersama Dono, siang itu bersama CNNIndonesia.com.

"Itu yang membuat saya resah. Tapi boleh percaya atau enggak, namanya saya sendiri kan mulai pahit tuh. Tapi untuk anak-anak mereka [Dono dan Kasino], Tuhan kasih jalan tuh. Ada saja," kata Indro.

Indro memang membawa janji itu di setiap langkahnya. Seperti saat mempertahankan warisan Warkop DKI dengan menyatukan anak-anak hingga mengurus Warkop menjadi properti intelektual.

Ia juga selalu berusaha memastikan kebutuhan anak-anak Dono dan Kasino. Ia mengakui aktivitasnya menjadi padat karena mengambil lebih banyak tawaran pekerjaan demi kebutuhan anak-anak.

Setelah banting tulang mencari cara agar Warkop DKI tetap hidup, ia menyerahkan usaha tersebut kepada Tuhan. Hasilnya pun manis. Usaha itu terbayar lunas.



Janji Indro kepada Dono terpenuhi. Anak-anak personel Warkop DKI tumbuh menjadi pribadi dewasa dengan pilihan karier masing-masing.

Seperti di belahan dunia yang berbeda, salah satu putra Dono yang bernama Damar Canggih Wicaksono bekerja sebagai seorang ilmuwan nuklir di Center for Advanced Systems Understanding, Helmholtz-Zentrum Dresden Rossendorf, Dresden, Jerman.

CNNIndonesia.com telah berusaha menghubungi pihak keluarga Dono terkait kisah ini, tapi tidak mendapatkan respons.

Nada lega tidak ditutupi Indro saat ditanya perasaannya melihat anak-anak para pemain Warkop DKI saat ini. Sebagai satu-satunya pemain yang tersisa, Indro sudah menjadi orang tua dari seluruh keturunan pemain Warkop DKI.

Lebih dari itu, nama besar Warkop DKI pun rampung ia serahkan kepada anak-anaknya dan anak-anak Kasino dan Dono dalam naungan Lembaga Warkop DKI. Tujuh penerus itu akan menentukan nasib serta eksistensi Warkop di masa depan, tentu dengan langkah dan strategi mereka.

"Saya lega banget," kata Indro lega seiring dengan cahaya matahari sore perlahan masuk ke ruangan tamu itu.

"Sekarang boleh dibilang saya mau ada job kek mau enggak kek enggak papa," ucap Indro santai. "Yang nanggung cuma keluarga gue doang, bukan anak-anak Mas Dono dan Mas Kasino."

(end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER