Setelah nyaris satu dekade, band midwest emo asal Jakarta, eleventwelfth, akhirnya menelurkan album penuh SIMILAR. Penantian lama itu terbayarkan lewat rangkaian karya yang dieksekusi lewat konsep dan produksi yang serba matang.
Dari sisi aransemen, eleventwelfth bukanlah sekadar memamerkan kerumitan ritme dan
ketukan ganjil sebagai pakem di lagu-lagunya.
Mendengarkan SIMILAR, Anda akan terbawa oleh nuansa penuh kesedihan, tapi bermuara kepada nada-nada manis penuh ambisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Album kedua dari band post-punk asal London ini menawarkan pendekatan berbeda jika ditilik dari sisi aransemen dan kerangka lagu.
Di O Monolith, Squid tidak lagi mengandalkan layer sound bertingkat yang biasa mereka gunakan untuk mencapai klimaks.
Masih bersama Dan Carey di kursi produser, O Monolith adalah representasi sempurna untuk menggambarkan watak sinis dan pesimis milik manusia modern.
Katus adalah deskripsi keluh kesah yang diwartakan dengan penuh gairah. Dalam 12 susunan lagunya, Katus menawarkan sebuah persepsi soal kejenakaan pahitnya hidup manusia dewasa.
Digawangi oleh sang gitaris Idam sebagai produser, Swellow menyajikan penafsiran terbaru indie rock dengan gaya mereka yang khas: slengean, tapi tak mati gaya.
Lewat lirik lagu yang seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia, Katus juga berhasil merangkum riak-riak kesederhanaan hidup dengan balutan kebaharuan.
Tarrkam berhasil memberikan konsepsi untuk memuja kembali fitrah musik punk yakni bersenang-senang. Dua belas lagu yang tersedia dalam Fresh Grad menawarkan sebuah interpretasi unik dan menggelitik untuk musik punk.
Jika ditilik melalui sensibilitas artistik, Fresh Grad adalah kumpulan rapalan bertenaga yang mewakili curahan perasaan gelisah.
(far/end)