Jakarta, CNN Indonesia --
Megah dan memesona. Dua kata itu rasanya cukup untuk menggambarkan konser tunggal Taeyeon Girls' Generation atau SNSD bertajuk The Odd of Love in Jakarta pada Sabtu (22/7).
Leader girl group kawakan SM Entertainment itu mampu menyihir ribuan penggemar yang hadir, termasuk saya yang tak lebih dari pendengar kasual. Lawatan perdana Taeyeon di ICE BSD itu pun tak terasa canggung, meski sang idol harus beraksi sendiri.
Kemegahan dalam konser ini sudah terlihat setibanya saya di Hall 5-6, lokasi yang disebut mampu menampung lebih dari 10 ribu penonton. Panggung konser Taeyeon begitu mewah. Bahkan lebih mewah jika dibandingkan dengan konser aespa dan Red Velvet beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panggung itu terbentang luas dengan desain menyerupai huruf T. Layar LED yang dipasang juga cukup besar, satu layar utama di tengah dan dua layar di masing-masing sisi.
 Suasana konser Taeyeon SNSD di ICE BSD, Sabtu (21/7). (CNN Indonesia/Muhammad Feraldi Hifzurahman) |
Desain panggung makin meriah dengan polesan instalasi bertuliskan The Odd of Love pada kedua sisi dan sejumlah lampu sorot untuk atraksi visual.
Di samping arena yang jauh lebih luas, promotor Dyandra Global tampaknya cukup ambisius dalam memproduksi panggung. Langkah tersebut memang sudah sepatutnya diambil mengingat reputasi mentereng Taeyeon di kancah Kpop.
Penyanyi bernama lengkap Kim Tae-yeon itu naik ke atas panggung sekitar pukul 14.35 WIB. Pertunjukan dibuka dengan INVU, single hit dari album berjudul sama rilisan 2022.
Tak butuh waktu lama bagi Taeyeon untuk dapat memancarkan pesona bintangnya. Ia seketika mampu menyihir ribuan penonton hingga menjadi begitu riuh karena berteriak dan bernyanyi bersama.
Euforia penonton dirawat Taeyeon dengan menyuguhkan hidangan berikutnya, seperti Can't Control Myself, Some Nights, dan Set Myself On Fire yang juga berasal dari album INVU.
Meski demikian, Taeyeon terlihat masih kalem dan tidak beranjak dari stand microphone untuk empat lagu awal tersebut. Energi pentolan SNSD itu baru meluap ketika membawakan Siren dan Cold As Hell.
Nuansa yang ditampilkan juga menjadi lebih berani ketika Taeyeon berganti kostum dari pakaian anggun berwarna hitam menjadi busana merah dengan motif payet berkilau.
Luapan energi itu semakin menggelora berkat format live band yang diusung dalam konser Taeyeon. Suara merdunya menjadi semakin hidup berkat bunyi dari instrumen yang dimainkan para session player.
Taeyeon juga mengajak sejumlah penari latar untuk ikut meramaikan panggung. Idol berusia 34 tahun itu menampilkan koreografi untuk beberapa lagu, seolah membuktikan bahwa dirinya masih piawai menari dan menguasai panggung.
Lanjut ke sebelah...
Penampilan perdana ini tidak banyak dihabiskan Taeyeon untuk berbincang dengan para penggemar. Ia baru menyapa usai lagu ketujuh dan hanya mengobrol pada tiga sesi berikutnya.
Meski begitu, Taeyeon mampu menghidupkan suasana dari obrolan ringan di sela-sela konser. Personanya juga sesuai dengan yang saya bayangkan: apa adanya. Tidak ada kesan jaim atau dibuat-buat dari perbincangan yang singkat itu.
Kombinasi vokal Taeyeon, aksi ciamik session player dan penari latar, serta visual panggung yang megah lagi-lagi memukau saya. Tepatnya saat Taeyeon mengubah mood konser menjadi lebih berwarna kala membawakan nomor hit dari rilisan lama.
Sebut saja single Weekend dan rilisan dari album What Do I Call You (2020) seperti Playlist, To the moon, dan Wildfire. Lagu-lagu itu dibawa dengan penuh warna lewat suguhan atraksi visual, mulai dari confetti hingga stage visual effect berupa ilustrasi hand drawn yang menghiasi Taeyeon di layar LED.
Satu-satunya kekhawatiran saya terhadap Taeyeon selama konser ini adalah kondisi vokal sang idol. Sebab, setlist The Odd of Love didominasi lagu-lagu dengan teknik sulit dan penuh nada tinggi.
Untungnya rasa khawatir itu sirna ketika Taeyeon berhasil konsisten mengambil nada tinggi nyaris di semua lagu. Rasa kagum saya mencapai puncak saat Fine, salah satu lagu hit paling dinanti, akhirnya dibawakan.
Lead single dari album My Voice (2017) itu adalah klimaks dari dua jam pertunjukan Taeyeon di Indonesia. Saya dan ribuan fan benar-benar terpukau, bahkan hingga terdiam saat chorus dari lagu itu dinyanyikan tanpa instrumen.
Spark dan Ending Credits menjadi nomor pemungkas dari konser tunggal perdana Taeyeon di Indonesia. Kedua lagu tersebut disambut meriah fan sehingga perjumpaan kali ini berakhir dengan manis.
Penampilan menawan Taeyeon tentu tak lepas dari jam terbang tinggi maupun konsistensinya dalam bermusik. Belasan tahun eksis di industri Kpop dan lima kali tur konser tunggal juga ikut andil dalam performa prima Taeyeon di Indonesia.
[Gambas:Video CNN]
Di luar itu, penampilan Taeyeon juga menegaskan posisinya sebagai bintang Kpop kelas atas yang mampu tetap relevan pada usia karier yang hampir menginjak 16 tahun.
Ribuan penggemar dari berbagai usia yang datang pada konser ini juga menunjukkan bahwa Taeyeon punya basis fan yang setia sekaligus digandrungi fan generasi baru.
Saya tak tahu persis formula seperti apa yang digunakan Taeyeon untuk menghasilkan itu semua. Namun satu yang pasti, Taeyeon memang layak menjadi teladan bagi idol Kpop yang ingin berumur panjang di industri ini.