Konser Taylor Swift di Stadion Lumen Field, Seattle, AS pada 22-23 Juli tercatat menghasilkan guncangan setara dengan gempa bumi bermagnitudo 2,3. Gempa itu disebut muncul imbas gemuruh dan lonjakan para Swifties.
Gempa yang dijuluki 'Swift Quake' tersebut hadir berdasarkan hitungan yang dilakukan oleh seismolog Jackie Caplan-Auerbach, seperti diberitakan oleh CNN, Jumat (28/7). Tercatat, satu malam konser Taylor Swift di Seattle dihadiri setidaknya 71 ribu penggemarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Caplan-Auerbach, guncangan itu setara dengan 'Beast Quake' yang dihasilkan oleh para penggemar klub American Football Seattle Seahawks pada 2011 lalu, usai touchdown menakjubkan dari bintang mereka saat itu, Marshawn 'Beast Mode' Lynch.
Caplan-Auerbach, yang merupakan profesor geologi di Western Washington University, mulanya melihat perbandingan tersebut dalam sebuah kelompok data gempa yang terjadi di wilayah Pasifik Barat Laut.
"Saya mengambil data dari kedua malam konser dan dengan cepat menyadari bahwa mereka jelas memiliki pola sinyal yang sama," ujarnya. "Jika saya menumpuknya satu sama lain, polanya hampir identik."
Perbedaan utama antara pertunjukan pada 22 dan 23 Juli, selain lagu-lagu kejutan yang dibawakan oleh Taylor Swift, terletak pada durasi yang berselisih sekitar 26 menit.
"Saya bertanya kepada orang sekitar dan mengetahui bahwa konser hari Minggu (23/7) mengalami penundaan sekitar setengah jam, jadi itulah yang menyebabkan perbedaannya," kata Caplan-Auerbach.
Meskipun perbedaan magnitudo antara 'Beast Quake' dan 'Swift Quake' hanya 0,3, Caplan-Auerbach mengatakan penggemar Taylor Swift berhasil mengalahkan guncangan yang ditimbulkan oleh para penggemar Seahawks.
"Getaran yang terjadi dua kali lebih kuat dari Gempa Beast. Ini benar-benar dua kali lipat lebih kuat," ungkap Caplan-Auerbach.
Caplan-Auerbach menerangkan, perbedaan utama yang membuat Swift Quake jauh lebih kuat adalah durasi getarannya.
"Sorakan setelah touchdown hanya berlangsung selama beberapa detik, tetapi pada akhirnya reda. Ini jauh lebih tidak teratur jika dibandingkan dengan konser," kata Caplan-Auerbach.
"Untuk Taylor Swift, saya mengumpulkan sekitar 10 jam data di mana ritme mengendalikan perilakunya. Musik, pengeras suara, dan iramanya. Semua energi itu bisa menyebabkan getaran di tanah," tambahnya.
@breabeckman @Taylor Swift you broke all the big lumen field records - youre truly a seattle legend 🙏🏼✨🫶🏻💋#seattletstheerastour #swiftie #seattleerastour #theerastour #swifttok #swiftquake #loverera @Taylor Nation ♬ original sound - Bre(Taylor’s Version)
Sementara itu, reporter CNN Chloe Melas melaporkan bahwa getaran dari konser Taylor Swift di Seattle benar-benar terasa di bawah kakinya.
"Anda benar-benar bisa merasakan getaran di bawah kaki Anda. Telinga saya masih berdengung," ujar Chloe melaporkan.
Di sisi lain, Swift juga mengatakan ia merasakan energi maksimal dari para penggemarnya di wilayah Pantai Barat AS tersebut. Ia pun berterima kasih kepada penontonnya di Seattle melalui unggahannya di Instagram, Senin (24/7) pekan lalu.
"Itu benar-benar menjadi salah satu akhir pekan favorit saya," kata Swift dalam takarir unggahannya tersebut.
Konser di Seattle merupakan jadwal-jadwal terakhir Taylor Swift untuk agenda The Eras Tour di AS. Jadwal The Eras Tour akan berlanjut di Santa Clara, dan enam pertunjukan lain di Los Angeles untuk menutup di AS. Swift kemudian akan melanjutkan turnya ke luar AS, dimulai dengan konser di Mexico City pada 24 Agustus.