Petisi yang telah ditandatangani lebih dari 16 ribu orang itu menuntut supaya Warner Bros. dan Universal Pictures selaku studio di balik Barbie dan Oppenheimer menghentikan penggunaan tagar Barbenheimer.
"Jika seseorang ingin membuat ilustrasi atau seni turunan dari Barbenheimer, itu seharusnya bukan Barbie yang sedang menikmati awan bekas ledakan," kata Koji Maruyama di situs web Change.org.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Barbie tidak boleh menjadi karakter yang bergembira dalam kesialan atau tragedi."
Warner Bros. Jepang mengirimkan protes ke perusahaannya yang di AS. Perusahaan induk Warner Bros. pun meminta maaf setelah itu.
"Warner Brothers menyesali keterlibatan media sosial yang tidak sensitif baru-baru ini. Kami meminta maaf secara tulus," kata perusahaan itu dalam pernyataan yang dikirim melalui email kepada Variety, Selasa (1/8).
Hingga kini, Barbie masih dijadwalkan tayang 11 Agustus di Jepang. Sementara itu, belum ada pengumuman jadwal penayangan Oppenheimer di sana.
Film garapan sutradara Christopher Nolan itu dikritik karena mengabaikan penghancuran senjata di Jepang menjelang akhir Perang Dunia II, melenyapkan dua kota besar dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian.
Meski Barbie dan Oppenheimer belum tayang di Jepang, kedua film itu sudah menguasai box office banyak negara.
Barbie yang dibintangi Margot Robbie dan Ryan Gosling telah mengumpulkan sedikitnya US$800 juta atau sekitar Rp12,14 triliun (US$1= Rp15.178,25) dari box office global.
Sedangkan Oppenheimer yang dibintangi Cillian Murphy hingga Robert Downey Jr. ini telah mengumpulkan lebih dari US$400 juta atau sekitar Rp6,07 triliun (US$1= Rp15.178,25) secara global.
(reuters/chri)