Oleh sebab itu, ajang tersebut mengeluarkan film dokumenter tersebut lagi hingga pada akhirnya secara resmi membatalkan rencana festival film internasional tahunan tersebut.
Turki sempat dilanda upaya kudeta pada Juli 2016 lalu. Ketika itu, militer menguasai stasiun televisi pemerintah, TRT, mengumumkan jam malam serta darurat militer. Dalam siaran itu, mereka mengatakan pemerintah di bawah pimpinan Recep Tayyip Erdogan telah mengikis demokrasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan, FETO dan pimpinan organisasi ini Fethullah Gulen berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan.
Saat itu, militer juga mengambil alih pesawat tempur, helikopter, dan tank untuk merebut pemerintahan. Beberapa jam setelah kudeta, Erdogan buka suara lewat pidato.
"Turun ke jalan dan beri mereka jawaban," ujar Erdogan, seperti dikutip CNN.
Lebih lanjut, ia mengatakan perwira berpangkat lebih rendah melancarkan kudeta, memberontak ke perwira senior. Dalam pidatonya, Erdogan juga bersumpah akan memberi hukuman bagi mereka yang dianggap mengganggu keamanan dan stabilitas.
Setelah itu, bentrok antara pendukung Erdogan dengan kelompok yang ingin mengkudeta pun tak bisa dihindari. Kerusuhan tak bisa dihindari. Dalam foto yang beredar, tentara dihakimi massa.
Imbas upaya kudeta ini, Turki menahan sekitar 292 ribu orang yang diduga terkait gerakan Gulen, termasuk ratusan tentara. Pemerintah juga memecat 150 ribu pegawai negeri.