Penyair Amerika Serikat sekaligus peraih Nobel Sastra 2020, Louise Gluck, meninggal dunia pada usia 80. Ia meninggal dunia usai berjuang melawan kanker.
Kabar meninggal dosen sastra di Yale University tersebut dibenarkan oleh juru bicara kampus itu kepada AFP, seperti diberitakan Sabtu (14/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teman yang juga mantan kolega Gluck di Yale, Richard Deming, mengatakan kepada The New York Times bahwa Gluck meninggal di rumahnya di Cambridge, Massachusetts.
Pada 8 Oktober 2020, Swedish Academy mengumumkan memberikan penghargaan prestise Nobel untuk bidang Sastra tahun tersebut kepada Louise Gluck.
"Nobel Sastra 2020 diberikan kepada penyair Amerika Louise Gluck atas 'suara puitis dengan keindahan yang sederhana membuat keberadaan individu menjadi universal'," kata pihak Swedish Academy dalam pengumumannya, Kamis (8/10).
Gluck sebelumnya memenangkan penghargaan Pulitzer pada 1993 berkat karyanya, The Wild Irish, dan the National Book Award pada 2014.
Pihak Swedish Academy menggambarkan perempuan kelahiran 1943 itu "mencari yang universal, dan dalam hal ini ia mengambil inspirasi dari mitos dan motif klasik, yang ada di sebagian besar karyanya."
Mereka mengatakan karya Gluck pada 2006, Averno, merupakan "koleksi para ahli, interpretasi visioner dari mitos turunnya Persefone ke neraka dalam momen penawanan Hades, sang dewa kematian."
Dia memulai debut sebagai penyair pada 1968 lewat karya bertajuk Firstborn yang dalam waktu singkat membuatnya diakui sebagai penyair paling terkemuka dalam sastra kontemporer AS.
Louise Gluck telah menerbitkan 12 koleksi puisi dan beberapa volume esai tentang puisi. Karya-karyanya dianggap memiliki ciri khas tentang perjuangan mendapatkan kejelasan.
Mulai dari kehidupan masa kanak-kanak dan keluarga, hubungan dekat dengan orang tua dan saudara kandung merupakan tema-tema yang sering diangkat olehnya.
Pihak Swedish Academy menyebut karya-karya Gluck "mendengarkan apa yang tersisa dari mimpi juga delusi, serta tak ada yang bisa lebih sulit daripada ia harus menghadapi ilusi atas dirinya,"
Di sisi lain, ia juga mengambil inspirasi dari mitos-mitos dan motif klasik untuk sebagian besar karyanya.
(afp/end)