Setelah itu, penonton akan kembali diberikan unsur menegangkan ketika para karakter utama harus bisa melarikan diri dari warga desa yang kesurupan di bagian kedua film tersebut.
Namun, adegan tersebut terasa begitu panjang karena seperti benar-benar ingin menunjukkan semua orang di desa itu kerasukan. Terlebih lagi, formula menyadarkan orang yang kerasukan jadi terasa begitu sederhana dan tak lagi 'wah' karena ditampilkan berulang kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu yang ingin saya soroti adalah penggunaan CGI yang menurut saya sudah cukup menyeimbangkan banyaknya bagian fantasi dalam film ini dan terasa solid di sebagian besar adegan.
Walau memang ada bagian jelang akhir yang CGI-nya terlihat sedikit kasar dan malah mendapatkan screen time lebih banyak dibandingkan lainnya.
Kisah Dr. Cheon and the Lost Talisman pada akhirnya sebuah film dengan penceritaan yang begitu sederhana karena lebih fokus pada menampilkan aksi Gang Dong-won sebagai dukun gadungan berlaga, termasuk dengan pedang, dan adegan-adegan fantasi di dalamnya.
Kekuatan utama dalam film adalah unsur komedi yang muncul dari semua lini sejak awal hingga akhir film. Tak hanya itu, para kameo dan pemeran pendukung Dr. Cheon and the Lost Talisman juga tak main-main, termasuk sosok yang muncul tanpa dialog sama sekali.
Hal itu pula yang membuat Dr. Cheon and the Lost Talisman menjadi film yang bisa menghibur, terutama bagi penonton yang ingin menyaksikan tontonan ringan tanpa perlu ikut memikirkan permasalahan dalam plot film tersebut.
![]() |
Melihat capaian box office di Korea Selatan, besar kemungkinan Dr. Cheon and the Lost Talisman berlanjut baik ke proyek selanjutnya, mengingat film itu hanya mengadaptasi satu dari trilogi karya Hooressha.
Besar harapan saya penceritaan dalam proyek lanjutan bisa diperkuat untuk menyeimbangkan keseruan dan kelucuan yang sudah ditampilkan dalam film pertamanya.
Dr. Cheon and the Lost Talisman tayang di bioskop sejak 11 Oktober.