Meskipun sedikit artis yang memiliki keunggulan seperti penggemar Swiftie, tampaknya UMG, Sony, dan Warner semua mencoba mencegah skenario serupa terjadi pada mereka.
Hal ini pun disoroti oleh seorang pengacara urusan musik, Dina LaPolt kepada Billboard terkait dampak dari kesuksesan fenomenal album Swift.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang, karena Taylor Swift ini, kami punya sebuah negosiasi baru. Ini mengerikan. Kami melihat banyak penahanan tanpa batas," kata LaPolt, dilansir via Just Jared.
LaPolt juga menyebut mereka seringkali mendapatkan telepon langsung dari urusan bisnis label raksasa yang memastikan hal tersebut tak bocor ke media sosial.
Di satu sisi, beberapa pengacara musik juga melihat hal ini melalui sudut pandang label rekaman. Josh Binder, seorang pengacara senior yang menangani artis seperti SZA, melihat bahwa revisi kebijakan baru itu "tidak begitu mengganggu."
"Posisi mereka adalah, 'Hei, jika kami akan mengeluarkan sejumlah uang untuk menciptakan merek dengan Anda, maka Anda seharusnya tidak mencoba membuat rekaman untuk bersaing dengan kami'," jelas Binder.
"Kami mencoba untuk melawannya. Kami mencoba membuat ini menjadi sesingkat mungkin. Tetapi saya tidak menemukan ini sebagai isu yang paling memikat untuk dilawan," sambungnya.
Senada, pengacara senior Don Passman menilai bahwa kontrak-kontrak yang dibuat oleh label rekaman besar semakin bersahabat terhadap pada artisnya seiring waktu.
"Mereka tak ingin kau menduplikat rekaman kalian, seperti biasanya, dan kemudian mereka akan membatasi jenis rekaman yang bisa kalian lakukan," kata Passman.
Untuk itu, beberapa artis dan pengacara memilih untuk menghadapi permasalahan mengenai master rekaman tersebut dan beralih ke kesepakatan lisensi.
Alih-alih bertahan dengan kontrak label tradisional di mana label memiliki segalanya, kesepakatan lisensi berarti artis dapat memiliki master rekamannya sementara label bertanggung jawab atas distribusi.
(far/end)