Review Film: The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes

Aflakha Tazakka Susanto | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Nov 2023 21:00 WIB
Review The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes: keseruan film ini mayoritas berkaitan dengan permainan The Hunger Games, tak lebih dari itu.
Review The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes: keseruan film ini mayoritas berkaitan dengan permainan The Hunger Games, tak lebih dari itu. (Courtesy of Lionsgate)
3
Penulisan The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes amburadul.

Seolah-olah film ini tak punya waktu mengembangkan intrik tersebut. Padahal film ini berdurasi 157 menit, terpanjang dari seluruh koleksi waralaba The Hunger Games.

Meski cerita film ini kacau, pujian memang patut diberikan untuk Rachel Zegler atas performanya dalam The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zegler berhasil mencurahkan segala emosinya melalui ekspresi dan nyanyian dirinya. Walau tak jadi fokus utama film ini, kemunculan Zegler sukses tampil mencolok dan akhirnya mencuri perhatian.

Namun rasanya bagian Zegler bernyanyi terlalu banyak dan buang-buang waktu untuk film genre non-musikal. Sehingga, nyanyian Zegler ini terasa ironi sementara intrik politik yang utama dari film ini bagai tak diberi waktu.

Meski begitu, posisi Jennifer Lawrence sebagai Katniss yang menjadi ikon trilogi asli The Hunger Games memang tetap belum bisa tergantikan.

Hal yang bagi saya menyelamatkan film ini selain keseruan The Hunger Games dan Zegler adalah Jason Schwartzman bersama dengan karakternya, Lucretius "Lucky" Flickerman.



Schwartzman sukses dalam mengeksekusi dialog konyol Lucky dan memberikan permainan mematikan tersebut bumbu jenaka.

Tak hanya itu, arena permainan Hunger Games ke-10 dalam film ini berhasil membuat saya ikut bersemangat dan mengharapkan Lucy bisa bertahan.

Meski arena dan teknologi permainan dalam film ini jauh lebih sederhana karena berjarak 64 tahun sebelum permainan film pertama yang dirilis 2012, pertarungan di permainan itu bergulir tak kalah sengit.

Bahkan dapat saya bilang, pertarungan permainannya lebih brutal. Suasana lampau yang terbangun pun terlihat sempurna, lewat penggambaran Capitol yang tak manusiawi dan lebih kejam dari trilogi asli.

Dengan itu semua, The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes rasanya bisa jadi tontonan yang cukup menghibur sekaligus nostalgia akan kisah fantasi The Hunger Games.

Namun sayangnya, kisah asal-usul yang seharusnya menambah tekstur dan rasa pada koleksi cerita The Hunger Games terasa terbuang percuma karena penulisan yang amburadul.

[Gambas:Youtube]



(end)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER