Review Film: The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes

Aflakha Tazakka Susanto | CNN Indonesia
Sabtu, 18 Nov 2023 21:00 WIB
Review The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes: keseruan film ini mayoritas berkaitan dengan permainan The Hunger Games, tak lebih dari itu. (Courtesy of Lionsgate)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menyaksikan permainan The Hunger Games dalam The Ballad of Songbirds and Snakes rupanya masih seru dan menyenangkan, meski cerita waralaba ini terakhir kali rilis 8 tahun lalu.

Namun sebenarnya kesan seru yang saya rasakan dalam film ini mayoritas berkaitan dengan permainan The Hunger Games. Tak lebih dari itu.

The Ballad of Songbirds and Snakes yang mestinya menjelaskan latar villain utama The Hunger Games, Coriolanus Snow, tak dieksekusi dengan baik. Film ini pun jadi terasa tanggung bagi saya.

Antusiasme menyambut kisah prekuel ini juga sebenarnya lebih terasa karena ingin kembali merasakan ketegangan dan keseruan khas The Hunger Games dengan berbagai ironi kemanusiaan, bukan karena kisah Snow.

Bahkan, rasanya amat sedikit yang benar-benar memikirkan bagaimana Snow bisa tergambarkan seperti pada trilogi asli The Hunger Games sebagai antagonis utama dalam cerita waralaba itu.

Namun sayangnya, penceritaan musuh bebuyutan Katniss Everdeen yang dilakukan secara spesial di waralaba aslinya itu berlanjut dalam The Ballad of Songbirds and Snakes.

Review The Hunger Games - The Ballad of Songbirds and Snakes: film yang mestinya menjelaskan latar villain utama The Hunger Games, Coriolanus Snow, tak dieksekusi dengan baik. (Lionsgate/Murray Close)

Saya paham Michael Lesslie dan Michael Arndt sebagai penulis skenario ingin memperlihatkan rasa sakit yang dialami Coriolanus muda. Rasa sakit itu yang memaksa dirinya harus bertahan hidup dan menumbuhkan bibit-bibit kekejaman Snow.

Namun, pesan itu tak tersampaikan dengan tegas lantaran tak ada momen yang benar-benar menjadi turning point yang membuat Coriolanus "berubah". Hal itulah yang menjadi gantungan besar dari seluruh durasi film.

Tak hanya pengembangan karakter Coriolanus yang tanggung, perjalanan romansa antara Coriolanus dan Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) pun terasa hampa.

Penggambaran interaksi emosi serta manipulasi yang harusnya membentuk ikatan di antara keduanya terasa kurang digarap maksimal. Ini membuat hubungan cinta mereka kurang meyakinkan.



Selain itu, kisah The Hunger Games yang kental intrik politik sebagai dasar gejolak pemberontakan juga luput tersampaikan maksimal dalam prekuel adaptasi buku Suzanne Collins ini.

Niat mengisahkan gejolak dan intrik politik Capitol serta pentingnya Hunger Games, dalam menjaga kesenjangan antara kelas penguasa dan tak berdaya, terlihat tak dikembangkan dengan tepat guna.

Alhasil, narasi drama-drama politik yang ada terasa kopong dan hanya menyisakan kesuraman cerita yang terasa berlebihan.

Lanjut ke sebelah...

Review The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :