Song juga menghindari godaan cerita romansa pasaran, seperti menduakan pasangan hingga konflik memperebutkan hati kekasih. Hal itu terbukti dari akhir pertemuan Nora dan Hae-sung yang pas dan adil meski terasa pilu.
Di sisi lain, Past Lives semakin memuaskan karena penulisan karakter Arthur berhasil meninggalkan kesan yang positif. Ia tidak digambarkan sebagai suami jahat yang acap menjadi hambatan 'cinta sejati'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alih-alih dari itu, Arthur justru menjadi karakter yang dewasa di tengah hubungan Nora dan Hae-sung. Song bahkan mengizinkan Arthur mengutarakan nestapanya, seperti dalam dialog "You dream in a language that I can't understand."
Segala pujian untuk Celine Song itu semakin lengkap berkat penampilan impresif Greta Lee, Yoo Teo, dan John Magaro. Ketiganya berhasil memberikan kontribusi yang impresif sesuai dengan porsi masing-masing.
Bahkan, saya rasa Greta Lee dan Yoo Teo layak masuk bursa nominasi Aktor dan Aktris Terbaik untuk Piala Oscar 2024 berkat performanya yang menawan.
Suguhan visual dan audio Past Lives juga ikut berperan dalam mengiringi tapak kaki Nora dan Hae-sung.
![]() |
![]() |
Seoul dan New York City yang terkenal riuh justru dipotret dengan sentuhan yang lebih sunyi, seolah ikut mendengar ungkapan hati sepasang kekasih masa kecil tersebut.
Lanskap dua kota itu kemudian menjadi makin hidup berkat scoring musik Christopher Bear dan Daniel Rossen.
Nilai plus dari berbagai elemen itu rasanya sudah cukup untuk menggambarkan impresifnya debut penyutradaraan Celine Song. Karya ini juga cukup untuk menempatkan Song sebagai sutradara muda yang kiprah berikutnya patut dinanti.
Namun di luar itu, Past Lives menjadi film yang tidak bisa dilewatkan pencinta genre romansa. Sebab, film ini siap menyuguhkan narasi sederhana, lalu mengubah itu semua menjadi penuh emosi yang mengacak-acak hati.