Pada saat inilah, kemunculan kembali Claire Foy dan Olivia Colman menguatkan akting sempurna yang dibawakan Imelda Staunton sebagai Ratu Elizabeth II di usia senja.
Ketiganya secara simbolis menampilkan tiga sisi Elizabeth Alexandra Mary: seorang perempuan, seorang ibu, dan penguasa terlama monarki terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imelda Staunton memenuhi ekspektasi saya sejak awal namanya diumumkan sebagai pemeran Ratu Elizabeth II. Aktris lulusan Royal Academy of Dramatic Art berusia 67 tahun tersebut memang punya beban berat dalam memerankan sosok Elizabeth II di usia senja.
Bukan hanya karena dua aktris sebelumnya, Claire Foy dan Olivia Colman, bermain sangat total hingga memenangkan Golden Globe dan Emmy Awards, Staunton juga terbebani karena menjadi sosok Elizabeth II ketika ia adalah salah satu ikon pemimpin dunia di era teknologi modern.
Sosok Ratu Elizabeth II sebagai seorang nenek penguasa Inggris adalah yang paling banyak dikenang oleh mayoritas masyarakat di dunia yang kini diisi sebagian besar oleh generasi milenial dan gen Z. Sehingga, akan lebih banyak mata yang mengkritisi Imelda Staunton dibanding ke Foy dan Colman.
Bagai naga yang baru lepas dari penjara di gunung berapi, Imelda Staunton membabat ekspektasi itu secara tuntas tanpa ampun di episode 6, 8, dan 10. Bila mata Anda bisa berkaca-kaca atau menitikkan air mata tanpa aba-aba hanya karena melihat akting Staunton, maka itulah daya magis aktris ini.
![]() |
Imelda Staunton memang yang paling bersinar dalam babak kedua ini. Namun penampil lainnya seperti Lesley Manville sebagai Putri Margaret, Jonathan Pryce sebagai Pangeran Philip, dan Ed McVey sebagai Pangeran William juga sanggup mencuri perhatian lewat adegan-adegan mereka.
Saya pun puas dengan peran Pryce sebagai Duke of Edinburgh yang sejak awal kemunculannya tak lebih dari sekadar kakek tua tanpa banyak kata, berbeda dengan Matt Smith atau Tobias Menzies pada musim sebelumnya.
Pada babak kedua ini, Pryce punya dialog lebih panjang tanpa mengurangi kewibawaan, kharisma, dan ciri khas selengean dari Prince Philip. Bahkan adegan simbol sekaligus tribut Morgan untuk pendamping setia Ratu Elizabeth II itu juga termasuk yang emosional dalam babak ini.
Saya tak punya catatan merah berarti akan The Crown Season 6 Part 2, meski pada musim dan babak sebelumnya serial ini memiliki sejumlah catatan dari saya. Totalitas Peter Morgan menggarap babak kedua ini saya anggap sebagai bayaran ketidakpuasan saya akan musim lima dan babak pertama.
Sekaligus, The Crown Season 6 Part 2 adalah penutup yang paling pas mengakhiri serial ikonis ini. Saya tak bisa --dan enggan-- meminta akhir yang lebih pas daripada yang ditampilkan pada 16 Desember 2023.
All's well that (truly) ends well.
God save the Queen, long live the Queen.
![]() |