Sinetron, Buah Mati Suri Film Indonesia hingga Zoom In ala Bollywood

CNN Indonesia
Selasa, 26 Des 2023 06:45 WIB
Sinetron Indonesia alami begitu banyak perubahan, terutama jumlah episode dan sistem syuting, yang membuatnya bertahan hingga kini.
Sinetron Indonesia alami begitu banyak perubahan, terutama jumlah episode dan sistem syuting, yang membuatnya bertahan hingga kini. (Multivision Plus via Facebook)

Butuh waktu hingga lima tahun bagi Raam untuk bisa memproduksi sinetron secara mapan. Kru dari luar negeri itu lantas 'dibajak' rumah produksi lain untuk mengerjakan sinetron, sehingga judul demi judul kian menjamur.

Geliat era 1990-an itu juga melahirkan warna khas dalam lanskap sinetron Indonesia. Salah satunya pola mengadaptasi serial India oleh banyak produksi sinetron, seperti penggambaran adegan secara dramatis.

Danu turut mengamini kecenderungan itu. Ia menilai India punya pengaruh besar dalam perkembangan sinetron Indonesia, terutama sebagai referensi secara ide maupun teknik produksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kiblatnya banyak menggunakan serial yang tayang di India untuk diadopsi oleh sinetron Indonesia," ujar Danu.

"Penggunaan zoom in dengan menambahkan suara efek menjadi hal yang paling sering terlihat dalam sinetron untuk mendramatisasi sebuah adegan maupun karakter yang hadir," lanjutnya.

Arus informasi yang semakin terbuka dan deras membantu industri sinetron terus berkembang. Rumah produksi mulai coba-coba menawarkan formula berbeda saat produksi judul baru.

Dalam konteks kreatif, industri kian luwes kala salah satu saluran TV menyiarkan drama Taiwan ikonis, Meteor Garden, pada awal 2000-an.

Drama Korea yang ikut mendunia turut berdampak bagi industri sinetron. Ada berbagai judul yang diketahui mengadaptasi drama Korea, bahkan tak sedikit yang menuai tudingan plagiarisme.

Sebab, beberapa sinetron memiliki premis dan plot yang mirip dengan drama Korea hit, seperti Glass Sleepers, Princess Hours, My Love from the Star, hingga Boys Over Flowers.

Drama Kau yang Berasal dari Bintang menjadi salah satu yang sempat diperdebatkan karena serupa dengan drama hit Korea dibintangi Jun Ji-hyun dan Kim Soo-hyun. 

Sinetron Kau yang Berasal dari Bintang. (Sinemart)Sinetron Kau yang Berasal dari Bintang. (Sinemart)

Drama itu sempat dihentikan karena isu hak cipta dan kembali tayang setelah menyelesaikan pembelian hak cipta dan hak publikasi.

Format produksi sinetron juga berkembang dari waktu ke waktu. Semula, judul-judul sinetron disiarkan dengan format musiman dengan penayangan satu episode per pekan dan penayangan ulang satu hari setelahnya.

Namun, seiring tingginya permintaan penonton, format itu mulai berubah menjadi stripping alias kejar tayang. Maraknya kejar tayang dalam sinetron tak bisa lepas dari aspek bisnis.

Raam Punjabi juga pernah menyinggung itu saat audiensi DPR dengan masyarakat perfilman pada 2002. Menurutnya, perkembangan sinetron dari berbagai aspek turut disebabkan permintaan stasiun TV.

Stasiun TV kemudian mempertimbangkan aspek bisnis, termasuk urusan pengiklan yang amat bergantung dengan rating.

"Produser menciptakan produk sesuai permintaan stasiun TV. Stasiun TV juga mempertimbangkan aspek bisnis, termasuk pengiklan," ujar Raam Punjabi, dikutip dari Tesis berjudul Watching Indonesian Sinetron: Imagining Communities around the Television karya Rachmah Ida.

"Produksi [sinetron] akan dilanjutkan jika mendapat rating bagus," lanjutnya.

Industri sinetron pun masih terus berkembang hingga sekarang. Di tengah arus deras konten OTT, sinetron berusaha untuk tetap eksis agar dapat diterima masyarakat.

Sinetron era sekarang juga masih bergelut dengan berbagai persoalan, seperti sistem produksi yang memberatkan kru hingga mutu cerita yang kerap dipertanyakan.

(frl/chri)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER