TILIKAN

Mengapa Sinetron Indonesia dengan Drama Korea Bisa Beda Jauh?

CNN Indonesia
Selasa, 26 Des 2023 15:30 WIB
Sistem stripping, jam penayangan, jumlah episode, hingga kualitas cerita dari sinetron Indonesia kerap dibanding-bandingkan dengan drama Korea.
Kreator mengakui butuh waktu lama untuk menyiapkan 20 episode serial fantasi Moving. (Disney+ Hotstar Indonesia)

Sistem produksi seperti itu yang menurut tim produksi industri sinetron sulit diterapkan di Indonesia, terutama bagi tayangan-tayangan free to air di televisi.

Maruska Bath sebagai salah satu penulis naskah sinetron mengungkapkan satu hal yang benar-benar menjadi pembeda dengan drama Korea, yakni rating. Rating pula yang dinilai berdampak pada kualitas, penulisan naskah dan jadwal syuting.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rating itu dewa, ibarat dewanya stripping. Karena kami harus mengikuti mereka. Bagaimana pun juga, kami harus mencari cara untuk membuat rating naik," kata Maruska Bath kepada CNNIndonesia.com.

Tak hanya itu, rating juga berpengaruh kepada iklan. Sinetron Indonesia dan drama Korea sesungguhnya sama-sama menyisipkan sponsor atau product placement (PPL) dalam kisahnya.

Namun, Indonesia disebut tak bisa seperti Korea yang benar-benar sejak awal sudah menyiapkan segalanya. Terlebih lagi, rating per episode bisa memengaruhi jumlah iklan atau sponsor yang masuk dan kadang perlu ditambahkan dalam adegan.

"Iya [iklan berpengaruh]. Kalau di Korea itu, mereka bikin dulu. Mau nanti rating seperti apa yang penting mereka bikin. Kalau di sini kan kami enggak. Misalkan rating episode ini jelek, bongkar cerita. Secara bujet juga jauh beda untuk TV," ungkapnya.



"Enggak ada celah untuk kami 'ya sudah tayangin saja, mau nanti rating jelek atau bagus risiko.' Kalau di sini, kami enggak bisa begitu," Maruska menegaskan.

Maruska pada dasarnya tak pernah menutup harapan sinetron Indonesia bisa dikembangkan seperti drama Korea, terutama dari segi kualitas. Terlebih lagi, Indonesia dulu bisa menerapkan sistem sinetron satu episode per pekan dan sistem per musim.

Namun, bujet produksi dan penghasilan dari stripping diyakini menjadi hal yang sangat memengaruhi hal itu bisa terealisasi atau tidak.

Ia pun semakin menyadari hal itu ketika sempat melakukan kunjungan langsung ke Korea Selatan dan berdialog dengan pelaku industri.

"Karena bujet. Waktu di sana [Korea], kami lihat creative process-nya segala macam. Aku sempat tanya satu naskah satu episode berapa kalau penulis, dan kaget sih dengar jawabannya karena [bujetnya] hampir tujuh sampai delapan kali lipat dibandingkan di sini," tuturnya.

"Jauh [sistem dan infrastruktur sinetron Indonesia dengan Korea]. Dari segi kostum dan make-up aja semuanya jauh," ia menegaskan.

"Tapi memang harus aku akui, money maker ada di situ. Money maker untuk pemain, penulis, stasiun TV, produser, PH memang ada di situ."

(chri/frl)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER