Review Film: The Holdovers

Muhammad Feraldi Hifzurahman | CNN Indonesia
Kamis, 29 Feb 2024 20:50 WIB
Review The Holdovers: The Holdovers hanya berkisah tentang seorang guru, siswa, dan juru masak yang terpaksa tinggal bersama di kampus selama liburan Natal. (dok. Miramax/CAA Media Finance via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saya selalu mempunyai ruang yang spesial di hati untuk film semacam The Holdovers. Film yang tak hanya unggul secara narasi, tetapi juga menawarkan sudut pandang baru dalam memaknai kehidupan.

Rasa puas terhadap The Holdovers ini datang dari banyak aspek. Secara garis besar, film itu menyuguhkan sepotong kisah hidup penuh keindahan buah pikiran Alexander Payne dan David Hemingson.

Mereka begitu piawai dalam merangkai cerita dari premis sederhana. Tidak ada kemegahan atau twist yang mencengangkan dalam cerita film ini.

The Holdovers hanya berkisah tentang seorang guru, siswa, dan juru masak yang terpaksa tinggal bersama di asrama kampus selama masa liburan Natal.

Namun, kesederhanaan itu ternyata menjadi modal sempurna yang membuat The Holdovers mudah disukai. Film ini sanggup memberikan pelukan hangat kepada penonton lewat kisah ketiga karakter.

Perjalanan Paul Hunham (Paul Giamatti), Angus Tully (Dominic Sessa), dan Mary Lamb (Da'Vine Joy Randolph) memang terlihat seperti usaha tiga manusia berdamai dengan pergulatan dan trauma hidupnya masing-masing.

Review The Holdovers:Filmini tak hanya unggul secara narasi, tetapi juga menawarkan sudut pandang baru dalam memaknai kehidupan. (dok. Miramax/CAA Media Finance via IMDb)

Namun, lebih dari itu, perjalanan mereka juga memberikan pelajaran tentang hidup. Film ini menjadi pengingat akan pentingnya belas kasih, bahwa semua orang pantas mendapat cinta yang tulus.

Paul Giamatti, Dominic Sessa, dan Da'Vine Joy Randolph berhasil membawa cerita dan kehangatan itu ke penonton dengan mulus. Trio pemeran utama tersebut menyuguhkan penampilan yang mengesankan.

Akting Paul Giamatti di film ini membuktikan reputasinya sebagai aktor jempolan Hollywood. Ia menerjemahkan karakter Paul Hunham dengan brilian, sehingga sosok guru hobi menggerutu tetapi juga bijak itu terasa amat nyata.

Satu Piala Golden Globe dan menjadi pesaing sengit Cillian Murphy pada musim penghargaan tahun ini rasanya semakin mempertegas betapa impresifnya akting Giamatti di The Holdovers.

Dominic Sessa sebagai Angus Tully juga tidak kalah hebat. Saya tidak menyangka bahwa The Holdovers merupakan debut layar lebar aktor jebolan sekolah teater itu.

Sessa terlihat seperti aktor yang kenyang pengalaman bermain watak sebelum memerankan Angus Tully. Sayangnya, ia tidak mendapat banyak pengakuan dalam ajang penghargaan bergengsi tahun ini.

Review The Holdovers:Komposisi pemeran utama The Holdovers disempurnakan dengan kehadiran Da'Vine Joy Randolph. Ia berhasil menunjukkan kesunyian hati Mary yang begitu rapuh usai kematian anaknya. (dok. Miramax/CAA Media Finance via IMDb)

Komposisi pemeran utama The Holdovers itu disempurnakan dengan kehadiran Da'Vine Joy Randolph. Ia berhasil menunjukkan kesunyian hati Mary yang begitu rapuh usai kematian anaknya.

Penampilan Randolph yang amat emosional itu sukses menyihir banyak orang. Ia memborong nyaris semua penghargaan bergengsi kategori Best Supporting Actress, dan hampir pasti membawa pulang satu Piala Oscar 2024.

Keunggulan dalam segi cerita dan penampilan para pemeran semakin lengkap berkat suasana 1970-an yang disuguhkan Payne. Atmosfer jadul itu terasa begitu autentik, seolah film ini benar-benar direkam beberapa dekade lalu.

Di samping desain produksi yang apik, kurasi soundtrack untuk The Holdovers juga pantas dipuji. Single Cat Stevens, The Temptations, hingga Shocking Blue yang mengalun berhasil menghadirkan nyawa '70-an ke dalam berbagai adegan.

Predikat instant classic rasanya memang layak disematkan kepada film anyar Alexander Payne tersebut. Saya meyakini The Holdovers mampu memberi kehangatan yang sama ketika ditonton beberapa tahun mendatang.



The Holdovers juga mengingatkan saya dengan beberapa film klasik yang masih memberikan kehangatan saat ditonton ulang.

Situasi 'terjebak' di kampus sekolah dalam film ini mengingatkan saya dengan film The Breakfast Club (1985). Hubungan guru bijak dengan siswa cemerlang juga memiliki corak yang mirip dengan Dead Poets Society (1989) dan Good Will Hunting (1997).

Modal The Holdovers untuk menjadi film yang betah untuk ditonton ulang semakin lengkap karena mengusung latar musim liburan Natal. Film ini mungkin saja menjadi pilihan baru untuk disaksikan setiap akhir tahun.

Sebab, cerita Paul Hunham, Angus Tully, dan Mary Lamb itu sama hangatnya dengan cokelat panas yang dihidangkan saat musim salju.



(end)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK