Metafor-metafor itu pada akhirnya memang bakal dijelaskan kepada penonton. Namun, penjelasan dilakukan dengan begitu cepat baik, baik melalui narasi dari karakter dan juga potongan-potongan gambar yang ditampilkan di layar.
Penonton seperti diyakini bisa merangkum dan memahami begitu banyak permasalahan yang muncul sedari awal, dan tahu dasar dari problem itu hanya dari pengungkapan yang sangat singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Catatan lainnya adalah ketegangan yang dibangun dengan hati-hati dan terjaga sejak awal tiba-tiba malah tampak mereda di bagian klimaks ketika kekuatan jahat utama yang jadi pusat dari misteri dan teror film ini terungkap.
Narasi berikutnya berusaha keras untuk membuat penonton mengerti dengan segalanya, tanpa menyisakan ruang untuk imajinasi.
Ada pula karakter-karakter yang nasibnya dibiarkan begitu saja di tengah, padahal mereka sesungguhnya turut andil di balik kejadian buruk yang dialami empat karakter utama.
Meski babak-babak jelang akhir menyisakan sejumlah catatan, bagian itu pula sesungguhnya yang digunakan Jang Jae-hyun memastikan setiap karakter utama memiliki spotlight masing-masing, tanpa ada yang terabaikan.
Dalam bagian itu, penonton bisa menyaksikan lebih lanjut peran Yoo Hae-jin sebagai pemilik usaha pemakaman dan tangan kanan Choi Min-sik. Begitu pula dengan Lee Do-hyun yang sekali lagi berhasil memperlebar range aktingnya lewat Exhuma.
Ia amat baik menampilkan situasi mencekam hanya melalui ekspresi. Melalui Lee Do-hyun pula, penonton Indonesia mungkin pada akhirnya bisa merasa sedikit terhubung dengan hal-hal gaib yang ditampilkan Exhuma.
Apresiasi juga saya berikan kepada Kim Sun-young dan Kim Ji-an yang menguatkan unsur ketegangan dalam Exhuma bersama Lee Do-hyun meski mereka hanya tampil sesaat.
![]() |
![]() |
Pada akhirnya, Exhuma menjadi film yang menghadirkan ketegangan dan rasa tak nyaman secara implisit, perlahan, dan pasti. Horor misteri ini juga menghadirkan 'kekuatan jahat' yang mungkin jauh dari ekspektasi atau imajinasi penonton.
Film ini juga menjadi salah satu yang akan saya rekomendasikan, setelah The Wailing, bagi mereka yang sesungguhnya ingin menyaksikan tontonan seram tanpa jumpscare tapi tetap bisa mendapatkan esensi dari horor itu sendiri.
Banyaknya simbolisme dalam Exhuma membuat ada baiknya menyaksikan film ini setidaknya dua kali untuk benar-benar bisa memahami akar dari permasalahan yang berujung teror mimpi buruk turun temurun itu.
Exhuma tayang sejak 28 Februari di bioskop Indonesia.