Meski menuai reaksi positif, Bridgerton 3 tak luput dari berbagai komentar negatif yang diberikan kritikus. Beberapa komentar menilai cerita yang berfokus pada Penelope ini terkesan membosankan dan kurang menarik.
"Setelah terpukau dengan Queen Charlotte, menonton season tiga terasa membosankan. Penelope hanya menggambarkan empat emosi, yaitu kerinduan, rasa malu, rasa bersalah, kerinduan, dan kemarahan. Colin bermain-main dengan pesonanya dan itu tidak berhasil," tulis Jeanine T. Abraham.
"Kedua pemain yang sangat hebat ini membuat persahabatan ini layak didukung. Namun, di bagian lain, drama ini kurang menarik, dan terlalu banyak ruang naratif yang diberikan pada alur cerita yang tipis dan sulit untuk diikuti," tulis Katie Rosseinsky, kritikus London Evening Standard, pada Kamis (13/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alur cerita Bridgerton 3 berfokus pada Penelope Featherington (Nicola Coughlan) dengan permasalahannya, baik percintaan dengan Colin Bridgerton (Luke Newton), persahabatan dengan Eloise (Claudia Jessie) hingga alter ego sebagai Lady Whistledown.
Bridgerton season 3 sedikit berbeda dari pendahulunya. Dua musim awal serial tersebut mengikuti urutan seri novel Julia Quinn, yakni The Duke and I (2000) serta The Viscount Who Loved Me (2000).
Jika mengikuti urutan novel, season 3 seharusnya mengisahkan Benedict (Luke Thompson) seperti dalam An Offer from Gentleman (2001).
Namun, serial televisi itu pada akhirnya mengadaptasi buku keempat terlebih dahulu, yakni Romancing Mister Bridgerton (2002), yang fokus pada Colin.
Seluruh kisah itu akan diceritakan dalam delapan episode yang bertajuk Out of the Shadows, How Bright the Moon, Forces of Nature, Old Friends, Tick Tock, Romancing Mister Bridgerton, Joining of Hands, dan Into the Light.
Delapan episode itu tayang menjadi dua bagian, masing-masing empat episode, yang sudah tayang sejak 16 Mei dan 13 Juni di Netflix.
(van/chri)