Review Serial: House of the Dragon - Season 2

Prabarini Kartika | CNN Indonesia
Jumat, 09 Agu 2024 20:15 WIB
House of the Dragon season 2 dikritik habis-habisan oleh penggemar setia, tapi sebetulnya tidak begitu buruk jika ditelisik. (HBO via Warner Bros. Discovery)
Jakarta, CNN Indonesia --

House of the Dragon musim kedua berakhir sama seperti musim pertamanya: ketika klan Targaryen yang terbelah menjadi kubu Black dan Green bersiap-siap untuk perang.

Epilog seperti ini tidak terlalu baik jika dinilai, karena repetitif dengan sebelumnya. Bahkan, bisa dibilang musim kedua House of the Dragon PHP (pemberi harapan palsu) kepada para penonton.

Ketika melihat kembali trailer-trailer House of the Dragon, serial prekuel Game of Thrones itu tampaknya menjanjikan perang besar-besaran antara kubu Black dan Green: naga-naga yang berterbangan di langit, pasukan yang sedang menuju medan perang, bahkan deklarasi perang Aegon II Targaryen.

Namun, semua itu buyar ketika sepanjang delapan episode musim kedua House of the Dragon hanya memiliki satu pertempuran besar, yaitu pertempuran di Rook's Rest dari episode 4.



Aksi inilah yang ditunggu-tunggu para penonton setia, ketika naga-naga "menari" di langit. Tidak heran jika episode 4 yang berjudul The Red Dragon and the Gold menjadi rating tertinggi musim kedua House of the Dragon.

Setelah itu, House of the Dragon season 2 kembali ke titik awal lagi. Banyak omong dan sedikit aksi hingga episode terakhir. Hal inilah yang membuat episode 8 dikritik habis-habisan oleh penggemar. Mereka merasa episode terakhir musim kedua ini antiklimaks, dan jika dipikir-pikir lagi, ya, memang benar.

Seandainya saja HBO rela merogoh kocek lebih dalam untuk House of the Dragon sehingga musim kedua bisa ditambah barang satu atau dua episode lagi, pastinya tim penulis bisa menyuguhkan setidaknya satu perang lagi dan diakhiri dengan cliffhanger yang lebih menarik agar penonton menantikan musim ketiga dengan antusias.

Meski demikian, saya tidak merasa musim kedua House of the Dragon itu begitu buruk. Saya malah merasa musim ini "pas" bagi selera saya.

Disclaimer: Saya tidak membaca novel-novel George R. R. Martin, termasuk Fire & Blood, sumber utama adaptasi House of the Dragon. Sehingga, saya menilai House of the Dragon season 2 objektif dari kacamata penonton serialnya saja.



Lanjut ke sebelah...

Review Serial: House of the Dragon - Season 2


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :