Badan Penegakan Narkoba (DEA) mengatakan para dokter menagih Perry US$2.000 atau sekitar Rp31,5 juta untuk sebotol yang sebenarnya harga beli dokter Chavez hanya sekitar US$12 atau Rp189.276 (US$1=Rp15.773).
"Perjalanan Matthew Perry dimulai dengan dokter-dokter tidak bermoral yang menyalahgunakan posisi kepercayaan mereka karena mereka menganggapnya sebagai orang yang mencari untung, dan berakhir dengan pengedar jalanan yang menjual ketamin kepadanya dalam botol-botol yang tidak bertanda," kata administrator DEA Anne Milgram dalam konferensi pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keputusasaan yang membawa Perry kepada orang-orang ini tidak ditanggapi dengan bantuan sebagaimana mestinya dari para dokter, tetapi malah ditanggapi dengan eksploitasi."
Saat kecanduan Perry memburuk, Chavez mencari cara lain untuk mendapatkan ketamin yang menyebabkannya membeli dari pengedar jalanan, dan menjual itu dan berujung pada kematian sang aktor.
Kelima terdakwa tahu hal yang mereka lakukan tidak etis dan ilegal. Mereka membicarakannya dalam percakapan teks, dan Sangha si The Ketamin Queen mengirim pesan teks kepada Fleming setelah kematian Perry, "Hapus semua pesan ini."
Plasencia juga memalsukan catatan dan rekam medis untuk mencoba membuat tindakannya tampak sah.
Penyelidikan tersebut juga mengarah pada penggeledahan di rumah Sangha, yang mengungkap sebuah "pusat penjualan narkoba."
Dia memiliki 80 botol ketamin, ribuan pil, metamfetamin, dan kokain. Dia menghadapi hukuman minimal 10 tahun dan maksimal penjara seumur hidup.
"Dengan mengajukan tuntutan yang luas dan serius ini, kami mengirimkan pesan yang jelas. Jika Anda berkecimpung dalam bisnis penjualan obat-obatan berbahaya, kami akan meminta pertanggungjawaban Anda atas kematian yang Anda sebabkan," kata hakim Estrada.
Matthew Perry ditemukan tewas pada 28 Oktober 2023, di bak mandi air panas rumahnya di Los Angeles. Jejak ketamin ditemukan dalam sistem tubuhnya.
(chri)