Kritikus Rafer Guzman dari Newsday mengatakan Alien: Romulus Alien: Romulus juga memuaskan karena kembali ke akar waralaba, yakni horor berlatar di luar angkasa.
"Alien: Romulus menjadi rilisan waralaba yang paling kuat dalam tiga dekade terakhir," ujar Jake Cole.
"Waralaba yang telah berusia puluhan tahun ini akhirnya kembali ke akar horor luar angkasa," ujar Rafer Guzman dalam ulasannya di Newsday.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, film itu mendapatkan beberapa kritik dalam sejumlah ulasan. Bilge Ebiri, kritikus Vulture, mengatakan Romulus mudah dilupakan meski eksekusinya menyita perhatian.
Kemudian, Peter Bradshaw dari The Guardian menilai Alien: Romulus hanya apik secara teknis, tetapi tidak banyak hal baru yang dapat ditemukan dalam film tersebut.
"Alien: Romulus cukup menyita perhatian, tapi juga langsung terlupakan--sesuatu yang menurut saya belum pernah muncul dalam film lainnya, entah itu yang bagus atau jelek," tulis Bilge Ebiri.
"Suatu karya yang apik secara teknis, tetapi meski cerdik menampilkan referensi terhadap film pertama, harus dikatakan bahwa terdapat kekurangan mendasar dalam keaslian di sini," ungkap Bradshaw dalam ulasannya.
Alien: Romulus diarahkan Fede Alvarez dengan naskah yang digarap bersama Rodo Sayagues. Alvarez mengikuti jejak sejumlah sutradara hit yang pernah menggarap film waralaba Alien, seperti Ridley Scott, James Cameron, dan David Fincher.
Nama Fede Alvarez juga cukup populer dalam genre horor karena menjadi sutradara Evil Dead (2013), Don't Breathe (2016), hingga menjadi penulis Don't Breathe 2 (2021).
Alien: Romulus diramaikan deretan aktor muda yang menggantikan nama-nama beken dalam waralaba tersebut. Cailee Spaeny yang dikenal lewat film Priscilla (2023) dan Civil War (2024) didapuk menjadi pemeran utama.
Film itu juga dibintangi David Jonsson, Archie Renaux, Isabela Merced, Spike Fearn, hingga Aileen Wu. Alien: Romulus juga masih menampilkan Xenomorph hingga Facehugger sebagai villain para manusia.
(frl/chri)