Madonna menghardik Pemerintahan Donald Trump yang sudah berjalan 10 hari terakhir. Queen of Pop tersebut menilai pemerintahan AS yang baru secara perlahan menghancurkan segala kebebasan masyarakatnya.
Hal itu diungkap oleh Madonna dalam kicauan di media sosial pada 29 Januari 2025, sembari mengunggah fotonya dan berpesan kepada penggemarnya untuk jangan menyerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sungguh menyedihkan melihat Pemerintah baru kita perlahan-lahan menghancurkan semua Kebebasan yang telah kita perjuangkan dan RAIH selama bertahun-tahun. Jangan menyerah!" kata Madonna.
Ucapan Madonna ini muncul setelah selama beberapa hari terakhir, Trump membuat keputusan kontroversial dengan meneken perintah eksekutif yang menghapus kebijakan diversifikasi dan inklusif sejak era sebelumnya.
Salah satu yang paling awal adalah Trump hanya mengakui dua jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan.
Trump juga menghapus perlindungan bagi transgender di penjara federal, dan menghentikan Program Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (Diversity, equity, and inclusion/DEI).
Hal itu kemudian berkembang pada 27 Januari 2025, yakni Trump menandatangani perintah eksekutif yang menghapuskan 'ideologi transgender' dari militer.
Hal ini berpotensi menjadi kemunduran besar bagi hak-hak lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ).
Militer AS mencabut larangan bagi tentara transgender melayani di angkatan bersenjata pada 2016 lalu di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama pada masa jabatan keduanya.
Selain itu, Trump juga menandatangani aturan hukuman mati, yang bisa menjaring pelaku kriminal hingga imigran ilegal.
Perintah Trump berarti memaksa Kementerian Kehakiman mengupayakan hukuman mati kasus federal yang sesuai dan membantu melestarikan hukuman mati di AS, demikian dikutip ABC News.
Perintah eksekutif Trump juga mengakhiri kewarganegaraan berdasarkan kelahiran bagi imigran gelap.
Perintah itu juga menolak kewarganegaraan bagi anak-anak yang lahir di AS mulai 30 hari dari sekarang, jika setidaknya salah satu orang tuanya bukan warga negara Amerika atau pemegang kartu hijau.
Trump turut menarik AS dari pakta yang melawan perubahan iklim, Perjanjian Paris (Paris Agreement).
Perintah tersebut juga menyatakan keadaan darurat energi nasional yang pertama dalam sejarah AS. Ini bisa membuka kewenangan baru untuk menangguhkan peraturan lingkungan tertentu atau mempercepat pemberian izin untuk proyek pertambangan tertentu.