Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni menyampaikan keprihatinan atas tingkat pengangguran menurut data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,41 persen, yang tertinggi di Kalimantan Timur.
Neni menyebut, pengangguran merupakan salah satu prioritas utama pemerintahannya. Terlebih, Kota Bontang mencatat investasi besar sepanjang 2024 dengan total nilai mencapai Rp2,7 triliun, meningkat 12,97 persen dibanding tahun sebelumnya.
Meski ada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rekrutmen dan Penempatan Tenaga Kerja, yang mewajibkan perusahaan di Bontang mempekerjakan 75 persen tenaga kerja lokal, Neni mengakui bahwa implementasi di lapangan masih menghadapi kendala.
Di sisi lain, investasi besar di Bontang banyak bergerak di sektor industri kimia, seperti pembangunan Pabrik Soda Ash, yang membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus.
"Kita punya aturan yang jelas, tapi masalahnya ada pada kesiapan tenaga kerja kita sendiri. Ada posisi yang memang membutuhkan keahlian khusus yang belum banyak dimiliki tenaga kerja lokal, sehingga perusahaan tetap merekrut tenaga dari luar," kata Neni.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), investasi di Bontang tahun 2024 didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp2,5 triliun, sementara Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang Rp200 miliar. Sektor industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi menjadi kontributor utama dengan nilai investasi Rp2,1 triliun.
Namun, serapan tenaga kerja dari investasi tersebut masih jauh dari harapan. Data menunjukkan bahwa investasi senilai Rp2,7 triliun hanya menyerap 512 tenaga kerja lokal, dengan rincian 475 pekerja dari PMDN dan 37 pekerja dari PMA.
"Investasinya besar, tapi tenaga kerja yang terserap tidak signifikan. Ini jadi tantangan yang harus kita pecahkan bersama," kata Neni.
AI dan Solusi SDM Bontang
Neni juga menyoroti perubahan pola industri yang semakin bergantung pada teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI), yang berpotensi mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia.
"Saya pernah ke pabrik bahan peledak di Norwegia, saya bingung mencari pegawai, ternyata yang bekerja adalah robot. Ini tantangan yang akan kita hadapi," katanya.
Sebagai langkah antisipasi, Pemkot Bontang telah menyiapkan program pendidikan berbasis teknologi, termasuk pelatihan coding dan AI di sekolah-sekolah Bontang. Selain itu, konsep paperless school juga mulai diterapkan untuk membiasakan siswa dengan sistem digital.
"Ke depan, anak-anak Bontang harus siap menghadapi era digital. Kita ingin mereka punya keterampilan yang bisa bersaing di dunia kerja, bukan hanya di Bontang, tapi juga secara nasional dan internasional," ujar Neni.
Selain itu, Pemkot Bontang ditegaskan berupaya mempermudah perizinan usaha dan meningkatkan infrastruktur untuk menarik lebih banyak investor yang bisa memberikan dampak nyata terhadap penciptaan lapangan kerja.
"Kita tidak hanya ingin investasi besar, tapi juga investasi yang berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat Bontang," katanya.
"Kami terus berupaya untuk memfasilitasi dan mempercepat proses perizinan bagi investor yang masuk ke Bontang. Oleh karena itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas SDM lokal melalui pelatihan-pelatihan teknis yang sesuai dengan kebutuhan industri yang ada di Bontang," ujar Kepala DPMPTSP Kota Bontang Muhammad Aspiannur.
(adv/adv)